my picture

my picture
kabupaten bangkalan

bahtsul masa'il

Rabu, 04 November 2009 di 01.26


(1) kencing bayi laki-laki pada umumnya lebih encer daripada kencing bayi perempuan; (2) bayi laki-laki biasanya lebih banyak ingin digendong daripada anak kecil perempuan; (3) asal kejadian lelaki (Nabi Adam) dari air dan tanah basah sementara orang perempuan dijadikan dari daging dan darah (Ibu Hawa dijadikan dari tulang rusuk Nabi Adam yang mengandung daging dan darah); (4) usia balig anak lelaki dengan air suci, yaitu air sperma, sementara usia balig seorang perempuan dengan air sperma yang suci dan juga dengan air najis yaitu darah haid. Maka dengan beberapa faktor tersebut, syariat lebih meringankan najis yang berasal dari air kencing bayi lelaki.
Lihat: al-Bâjûri: I/103, as-Syarqâwi: I/129


Najis Mukhaffafah, Diskriminasi Gender?
Kenapa air kencing bayi laki dan perempuan dibedakan: kalau kencing bayi laki bisa jadi najis mukhaffafah sedangkan kencing bayi perempuan tidak bisa jadi najis mukhaffafah? Apakah hal itu bukan bentuk diskriminasi terhadap kaum wanita?

Jawab :

Tak ada diskriminasi gender dalam syariat, yang ada adalah pembedaan aturan dan bagian karena tuntutan maslahat. Ada beberapa hikmah di balik pembedaan air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan sebagai yang saudara tanyakan, di antaranya:

Baca Selengkapnya.....

PTK BUAT KANCAH - KANCAH

Sabtu, 20 Juni 2009 di 09.31

PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
Oleh Dr. Wahidmurni, M.Pd., Ak.

Tidak terdapat suatu format baku bagi urutan suatu proposal penelitian, namun pada umumnya format usulan PTK berisi unsur-unsur sebagai berikut:

A. Merumuskan Judul
Judul hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK.
Beberapa contoh judul PTK adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan Proses pada Siswa Kelas IV SDN Kauman I Kota Malang.
2. Improving Speaking Skill of the Second Grade Students Of SMP Negeri 5 Tahuna by Using Role-Playing Technique.
3. Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan Menggunakan Media Komik pada Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 08 Dau.
4. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis dengan Strategi Modelling pada Siswa Kelas V SD Kristen Petra Malang.
5. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ibadah Haji dengan Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok Siswa Kelas VII B SMP Negeri Semboro.



B. Merumuskan Latar Belakang Masalah
Latar belakang hendaknya mengemukakan pentingnya penanganan masalah yang diajukan melalui penelitian ini. Untuk itu harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil-hasil penelitian terdahulu (jika ada), akan lebih mengokohkan urgensi serta signifikansi pemecahan masalah yang diajukan.

C. Merumuskan Rumusan Masalah
Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel atau konsep-konsep yang akan diteliti. Selain itu rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan untuk dikumpulkan atau dicari datanya. Sebagai contoh rumusan masalah adalah “bagaimana proses peningkatan kualitas pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?”.
Oleh karena tugas guru dalam melaksanakan program pembelajaran mencakup merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar, maka rumusan masalah umum di atas dapat dirinci menjadi rumusan masalah khusus sebagai berikut:
1. Bagaimana proses merencanakan pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?
2. Bagaimana proses melaksanakan pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?
3. Bagaimana proses menilai pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?

D. Cara Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan hendaknya memiliki landasan konseptual yang kuat dan mantap yang bertolak dari pengamatan, rujukan teori atau bahkan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Pada bagian cara pemecahan masalah berarti peneliti mengajukan adanya tindakan yang akan diterapkan dalam PTK. Pertanyaan yang terkait dengan bagian ini adalah “akankah kita mengembangkan atau menerapkan pendekatan atau strategi baru (sebagai tindakan) untuk menjawab permasalahan pembelajaran ini?”. Tindakan yang diusulkan untuk diterapkan harus mendapat dukungan yang kuat dari teori atau hasil penelitian sebelumnya. Hal demikian penting sebagai pijakan untuk merumuskan hipotesis penelitian yang diusulkan.

E. Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian hendaknya dirumuskan secara jelas dan dirumuskan secara konsisten dengan apa yang dikemukakan dalam rumusan masalah. Perbedaan keduanya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan bentuk kalimat pertanyaan, sedangkan tujuan penelitian dirumuskan dengan menggunakan bentuk kalimat pernyataan. Contoh rumusan tujuan penelitian adalah “tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses peningkatan kualitas pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B SMP Negeri Semboro”; contoh lain “tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengefektifan pembelajaran statistika pendidikan dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok di kelas semester III mahasiswa jurusan PAI fakultas Tarbiyah UIN Malang”.

F. Merumuskan Manfaat Penelitian
Dalam bagian ini perlu dipaparkan secara spesifik manfaat-manfaat yang akan didapatkan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan, khususnya bagi siswa yang merupakan obyek dan subyek langsung kegiatan penelitian; bagi siswa, bagi guru sebagai peneliti, bagi sejawat lainnya, bagi sekolah/madrasah, dan bagi perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan calon guru.

G. Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan
Pada bagian ini dikemukakan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologi yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplemtasikan. Untuk keperluan ini, perlu dikemukakan suatu kajian tentang teori-teori yang mendukung upaya tindakan yang dilakukan, pengalaman pribadi yang diduga menguatkan alasan pentingnya tindakan yang akan dilakukan, dan bahkan jika ada perlu dikemukakan temuan penelitian tindakan sejenis atau yang mirip dengan itu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya (ini seringkali dapat ditemui dalam jurnal-jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, junal/majalah Gentengkali misalnya).
Pentingnya tindakan yang akan dilakukan sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan argumentasi logik dan teoritik yang diperlukan untuk menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka berpikir konseptual inilah, maka suatu hipotesis penelitian dapat dirumuskan.

H. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan pendekatan penelitian yang digunakan, serta mengemukakan alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam PTK adalah pendekatan penelitian kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1998) bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yakni: (1) menggunakan latar alamiah, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih mementingkan proses daripada hasil, (4) induktif dan (5) makna merupakan hal yang esensial.
Jenis penelitian sudah barang tentu PTK, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar (Rofi’udin, 1995). Dalam bagian ini juga harus diungkapkan sifat PTK yang dilakukan, yakni apakah PTK dilakukan secara mandiri oleh guru atau dilakukan secara kolaboratif-partisipatoris, yaitu kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan (guru). Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi dan lain-lain sebagaimana dikemukakan oleh Hord (dalam Rofi’udin, 1995) bahwa dalam kolaboratif, guru dan peneliti memiliki seperangkat tujuan dan perencanaan yang sama, demikian juga halnya dalam kegiatan pengumpulan, analisis dan refleksi.

I. Kehadiran Peneliti
Pada bagian ini dikemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian, sebagaimana ciri penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia (seperti: angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti adalah mutlak, lebih-lebih dalam PTK peneliti yang mandiri selain sebagai pelaku tindakan (berarti juga sebagai sumber data) juga bertugas sebagai pengamat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran; sedang untuk penelitian yang sifatnya kolaboratif dengan guru (sebagai pelaku tindakan) tugas peneliti selain sebagai pengamat aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ia juga sebagai pewawancara yang akan mewawancarai subyek penelitian (guru dan siswa).



J. Lokasi Penelitian.
Pada bagian ini dikemukakan tentang dimana penelitian dilakukan? Mengapa memilih lokasi itu?, di kelas berapa?, bagaimana karakteristik kelas tersebut? misalnya komposisi siswa, tingkat kemampuan siswa dan sebagainya, Aspek substantif permasalahan juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, seperti: Ekonomi kelas III Madrasah Tsanawiyah atau Pendidikan Agama Islam kelas II SMA dan sebagainya.

K. Variabel yang Diselidiki
Pada bagaian ini peneliti menentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yakni:
1. Variabel input, yakni suatu variabel yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, lingkungan belajar dan sebagainya.
2. Variabel proses, yakni variabel yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar seperti: cara belajar siswa, implementasi strategi atau metode pembelajaran tertentu dan sebagainya.
3. Variabel output, yakni suatu variabel yang terkait dengan hasil yang diharapkan seperti: rasa ingin tahu siswa, motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang baru saja dilaksanakan, hasil belajar siswa dan sebagainya.

L. Rencana Tindakan
Pada bagian ini perlu dikemukakan hal-hal yang akan dilaksanakan terkait dengan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal-hal yang terkait dengan rencana tindakan antara lain:
1. Perencanaan Tindakan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan akan digelarnya PTK; untuk keperluan ini langkah-langkah yang akan dilakukan harus direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Dalam tahap ini juga perlu dilakukan antisipasi kemungkinan perubahan yang bersifat penyesuaian. Hal-hal yang perlu dilakukan seperti penetapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik untuk menspesifikasikan masalah, pembuatan skenario pembelajaran, penyiapan atau pengadaan alat-alat dan sebagainya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya implementasi program dapat berjalan sesuai dengan yang diagendakan.
2. Implementasi Tindakan, yaitu jabaran tindakan yang akan digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Terkait dengan ini, Suyanto (2002:19) menyatakan bahwa,
“pelaksanaan tindakan pada dasarnya dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan. Orang lain, misalnya guru lain yang ikut serta bahkan sebagai ketua tim dapat juga melakukan tindakan, tetapi bukan sebagai pelaku utama. Oleh karena itu, sifat hakiki dari PTK adalah kolaboratif dan nondisruptive. Artinya peneliti non guru dan guru yang menjalani fungsi ganda sebagai pengajar dan peneliti harus dapat bekerja sama sebaik-baiknya dalam rangka mencapai tujuan penelitian tanpa mengorbankan tujuan kegiatan pembelajaran”.
Pada tahap ini, rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru atau guru dan peneliti jika dilakukan secara kolaborasi dipergunakan sebagai dasar dalam menyelenggarakan pembelajaran. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran, sekaligus mengamati kejadian selama proses belajar berlangsung (jika penelitian dilaksanakan sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan secara itensif menjadi tanggungjawab peneliti.
3. Observasi dan Interpretasi, kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data, sebab observasi dipandang merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam PTK. Ketika pengamatan berlangsung peneliti mengumpulkan data proses pembelajaran yang meliputi: aktivitas guru, aktivitas siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya, atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran sedang berlangsung, dan pada umumnya datanya tentang proses perubahan kinerja pembelajaran (bersifat kualitatif), walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran (bersifat kuantitatif) juga diperlukan. Data yang berhasil dikumpulkan sesegera mungkin dilakukan interpretasi; sebab interpretasi yang ditunda-tunda seringkali menghasilkan informasi yang kurang baik.
4. Analisis dan Refleksi, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Jika kegiatan penelitian dilakukan secara kolaborasi, maka guru dan peneliti akan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Hal-hal yang perlu didiskusikan mencakup: (1) kesesuaian antara pelaksanaaan dengan rencana pembelajaran yang dibuat, (2) kekurangan yang ada selama proses pembelajaran, (3) kemajuan yang telah dicapai siswa, dan (4) rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
Wahab (2007:-) mengemukakan bahwa pada tahap ini kegiatannya dapat berupa: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengkaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Dengan demikian, refleksi yang tajam dan terpercaya akan dapat memperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Ketajaman refleksi sangat ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen penelitian yang digunakan.

M. Pengumpulan Data
Perlu diingat bahwa dalam PTK, guru merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data (jika penelitian dilakukan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan secara itensif merupakan tugas peneliti). Di samping sebagai pelaku PTK, ia juga harus aktif sebagai pengumpul data, jadi bukan semata-mata hanya sebagai sumber data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data harus diuraikan dengan jelas; seperti pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas belajar siswa di kelas, pengambaran interaksi pembelajaran di kelas, pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assesmen dan sebagainya.

N. Indikator Kinerja
Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit, sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Adapun indikator keberhasilan yang berkaitan erat dengan evaluasi hasil belajar siswa (seberapa besar siswa telah menguasai suatu kompetensi), maka dapat digunakan besarnya sekor kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru atau sekolah/madrasah sebagai kriteria keberhasilan kuantitatif dari pelaksanaan PTK. Misalnya ditetapkan besar sekor KKM adalah 75 (atau tingkat penguasaan kompetensi siswa sebesar 75 %), maka siswa yang mencapai sekor minimal 75 dinyatakan telah berhasil secara individual dalam mengikuti program pembelajaran, demikian sebaliknya siswa yang mencapai sekor di bawah 75 dinyatakan belum tuntas mengikuti program pembelajaran, yang selanjutnya dapat diberlakukan program remidi bagi siswa yang bersangkutan.



SELAMAT BERLATIH
HAL TERPENTING ADALAH MEMBUAT DAN MELAKUKAN
MASALAH HASIL URUSAN BELAKANGAN

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Paparan Data
Dalam penelitian kualitatif, bagian tentang hasil penelitian ditulis tentang paparan data dan temuan penelitian. Dengan demikan dalam bagian ini diuraikan tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur sebagaiamana diuraikan dalam bagian metode penelitian. Uraian ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Paparan data diperoleh dari hasil pengamatan (apa yang terjadi) dan atau hasil wawancara (apa yang dikatakan) serta deskripsi informasi lainnya (misalnya yang berasal dari dokumen, foto, rekaman video dan hasil pengukuran).
Paparan data dalam PTK dapat mengemukakan paparan dari tahap-tahap siklus PTK, yang mencakup (1) tahap perencanaan tindakan, yakni mengemukakan kesesuaian atau ketidaksesuaian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) tahap pelaksanaan tindakan yang waktunya bertepatan dengan pelaksanaan pengamatan/observasi, yakni mengungkap beberapa kejadian atau peristiwa pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan (3) tahap refleksi, yakni mengungkap hasil tinjauan atas pelaksanaan proses pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan.
Dengan demikian secara logis alur pikir paparan data dalam PTK adalah sebagai berikut:
a. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus I, berisi:
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Refleksi Pelaksanaan Tindakan
b. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus II, berisi:
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Refleksi Pelaksanaan Tindakan
c. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus III dan seterusnya.

Secara terperinci hal-hal yang perlu diungkapkan dalam paparan data dari setiap tahapan setiap siklus adalah sebagai berikut,
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahapan ini dapat dikemukakkan (1) proses penyusunan RPP berikut acuan yang digunakan; (2) proses pengembangan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, seperti: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil berlajar berikut tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) proses pengembangan strategi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran; (4) proses pengembangan sumber, media dan alat pembelajaran yang digunakan; (5) proses pengembangan instrumen penilaian sampai berbentuk rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan pembelajaran; dan (6) dan sebagainya.
Contoh paparan data dari tahap ini misalnya,
Penggunaan strategi pemetaan pikiran dalam perencanaan pembelajaran menulis puisi disusun dan diwujudkan dalam bentuk RPP. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas V ...
...
Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan pada kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, enjambemen, diksi dan imajinasi. Penilaian pembelajaran pada tahap penyajian diarahkan pada kemampuan siswa membaca puisi. Aspek yang dinilai adalah lafal, intonasi dan ekspresi (Sukma, 2006:94).

Lebih baik lagi jika pada bagian ini tidak berhenti pada kalimat aspek yang dinilai adalah lafal, intonasi dan ekspresi, tetapi bagaimana proses pengembangan rubrik penilaian yang digunakan untuik mengukur keberhasilan juga dikemukakan pada bagian ini.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini paparkan tentang proses terjadinya pembelajaran, kemukakan kejadian-kejadian penting yang menggambarkan suasana pembelajaran, interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan guru dan sebagainya. Dalam bagian ini data yang dilaporkan dapat berasal dari (1) data hasil pengamatan, (2) data dari hasil wawancara (wawancara dilakukan segera setelah sesi pembelajaran selesai dilaksanakan), (3) data hasil pengungkapan dokumen, (4) data hasil pengolahan tes, dan (5) data dari hasil teknik pengumpulan data apapun yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah PTK.
Berikut adalah beberapa contoh data yang dapat dipaparkan dalam bagian ini.
Contoh yang menggambarkan proses seperti ini adalah,
Hasil rekapan wawancara adalah sebagai berikut, terhadap pertanyaan “bagaimanakah tanggapan Saudara terhadap penerapan strategi pembelajaran kemarin?”. Seorang mahasiswa yang temasuk kelompok yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa I) mengatakan,
Saya berpikir bahwa Bapak lebih mengedepankan pahamnya mahasiswa dibandingkan dengan kewajibannya sebagai dosen, soalnya kalau saya teliti banyak dosen yang lebih mengedepankan kewajibannya (mengajar materi) daripada pahamnya mahasiswa. Kelebihan metode ini terletak adanya banyak kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa yang telah paham untuk menjelaskan anggota kelompok yang belum paham. ...

Dua orang mahasiswa yang termasuk kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa IIA dan mahasiswa IIB) mengatakan,
Mahasiswa IIA mengungkapkan,
Saya suka dengan strategi belajar kemarin, karena dengan adanya strategi tersebut kita bisa langsung terjun ke lapangan dan kita langsung dapat mengolah data. Dengan adanya tugas tersebut kita bisa memperoleh penjelasan dari teman kelompok, kalau kita merasa belum begitu paham. Dan kita juga bisa mempunyai rasa tanggung jawab terhadap teman kelompok jika mereka merasa kurang paham.

Mahasiswa IIB, seorang mahasiswa yang berasal dari Thailand, mengungkapkan bahwa,
Menurut saya, strategi pengajaran integrasi kelompok sangat ada pengaruh terhadap sistem belajar kelompok, hal ini membuat kekompakan di antara anggota kelompok dan sangat membantu di segi pemahaman dalam belajar bagi anggota-anggota kelompok.

Sedangkan mahasiswa yang temasuk kelompok yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa III) mengatakan,
Sistem kelompok sangat membantu dalam mecapai tujuan terutama bagi mahasiswa yang belum paham betul terkait dengan materi yang disampaikan oleh dosen; akan menjadi lebih paham manakala terjadi interaksi yang lebih luas dengan anggota kelompok yang sudah paham. Karena menurut saya mata kuliah statistik adalah sulit karena saya sendiri belum pernah mengenal mata kuliah statistik dan saya sendiri merasa lemah bila dihadapkan pada hitung-hitungan.

Dengan demikian tanggapan para informan adalah positif terhadap pelaksanaan pembelajaran model investigasi kelompok, karena keempat mahasiswa menyatakan senang terhadap strategi pembelajaran yang mereka alami (Wahidmurni, 2005).

Contoh Paraparan Data Hasil Pengamatan
Paparan data hasil pengamatan yang dilaporkan adalah data tentang apa yang ditangkap oleh peneliti, bukan interpretasi peneliti dari apa yang mereka amati. Beberapa contoh hasil pengamatan adalah sebagai berikut,

Ketika sesi presentasi dimulai banyak mahasiswa enggan memulai, sebagian besar mahasiswa masih banyak yang menoleh ke kanan ke kiri, untuk melihat kelompok mana yang akan memulai pertama kali. Sampai akhirnya kelompok yang diketuai Andik (mahasiswa yang tampak menonjol kecerdasannya) memulai presetasi, dia memulainya dengan lancar menjelaskan proses pembuatan tabel dan gambar yang dibuat, selanjutnya para anggotanya mulai gugup menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas; bicaranya agak pelan dan kertas yang dipegang tampak bergerak-gerak karena tangan yang memegangnya gemetaran ... (Wahidmurni, 2005).

Contoh lain,

Kejadian menarik adalah ketika waktu yang diberikan habis, subyek I berkata pada kelompoknya “wis a … kon wis ngerti a …? (sudah … kalian sudah mengerti semua?. Ungkapan ini memperlihatkan tanggung jawab siswa (pandai) kepada kelompoknya telah tumbuh. Hal ini kemungkinan tidak dapat tumbuh dalam pembelajaran yang menerapkan belajar klasikal, atau bahkan belajar dalam kelompok seperti biasa (Noornia, 1997:177).

Perhatikan contoh-contoh di atas, kita akan menemukan ada contoh yang di dalamnya memuat interpretasi peneliti dalam kutipan, misalnya kalimat “Ungkapan ini memperlihatkan tanggung jawab siswa (pandai) kepada kelompoknya telah tumbuh. Hal ini kemungkinan tidak dapat tumbuh dalam pembelajaran yang menerapkan belajar klasikal, atau bahkan belajar dalam kelompok seperti biasa”. Kalimat seperti ini seharusnya tidak masuk dalam kutipan, melainkan interpretasi peneliti dalam kegiatan refleksi atau merupakan temuan penelitian yang dibahas pada bagian berikutnya.
Contoh lain tentang paparan data dari pengamatan,
Pengaturan tempat duduk yang terpisah juga terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas. Berikut ini petikan catatan lapangan yang menggambarkan suasana tersebut (kalimat ini adalah kalimat pengantar penulis, untuk memaparkan apa yang ia lihat).
Semua mahasiswa sudah duduk di tempatnya ketika dosen datang untuk memulai pembelajaran. Mahasiswa perempuan yang semuanya berjilbab duduk di kursi bagian barat, sementara para mahasiswa laki-laki duduk di kursi bagian timur. Ada dua belas mahasiswa perempuan dan sepuluh mahasiswa laki-laki yang mengikuti kuliah siang itu.

Contoh Paparan Data Hasil Pengukuran
Paparan data hasil pengukuran mengungkap informasi yang dihasilkan dari pengukuran data kuantitatif (yang seringkali dari hasil pengolahan Statistik Deskriptif). Dengan demikian dalam bagian ini tidak dilaporkan tentang bagaimana proses pengukurannya, melainkan informasi akhirnya saja. Informasi yang dilaporkan dapat berupa tabel-tabel, gambar atau diagram.





Sebagai contoh,
Hasil pengukuran tes secara individual disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Distribusi Skor Tes Individual Mata Kuliah Statistika Pendidikan
No. Interval Skor Frekuensi Status*
1. 95 – 100 1 Lulus
2. 90 – 94 4 Lulus
3. 85 – 89 4 Lulus
4. 80 - 84 8 Lulus
5. 75 – 79 7 Lulus
6. 70 - 74 2 Lulus
7. 65 – 69 1 Lulus
8. 60 – 64 3 Lulus
9. 55 – 59 0 Lulus
10. 50 – 54 4 Tidak Lulus
11 00 – 49 1 Tidak Lulus
35
* Standar Kelulusan Diambilkan dari Kriteria Penilaian dalam Buku Pedoman PendidikanUIN Malang Tahun Akademik 2005/2006 Halaman 43.
(Sumber: Wahidmurni, 2005)

Contoh Paparan Data dari Dokumen
Paparan data yang datanya diambil dari sebuah dokumen, cara penyajiannya seperti apa yang kita lakukan ketika kita menyajikan kutipan pendapat dari pakar atau ahli melalui berbagai sumber seperti buku, makalah atau artikel lainnya. Bukankah sumber-sumber tersebut juga berupa dokumen?. Berikut adalah contoh paparannya,
Dalam buku harian penghubung komunikasi guru dan orang tua atau wali siswa terdapat beberapa informasi yang sangat berguna bagi peningkatan kualitas belajar siswa, berikut adalah gambaran informasi yang terekam dalam buku penghubung salah seorang siswa Sekolah Dasar bernama Aden Yusuf,
Catatan guru: Aden di kelas hari ini melamun saja ketika proses pembelajaran berlangsung, sebentar-sebentar matanya menerawang ke atas. Hal ini sangat berlawanan dengan keadaan biasanya, yang selalu ceria dan aktif mengikuti proses pembelajaran. Sebenarnya ada apa ya dengan Aden?
Komentar orang tua: ya, memang pada hari kemarin tanggal 9 Januari 2008, Aden sedang ada masalah, ada keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak kami kabulkan, karena kami rasa untuk anak SD kelas V, masih terlalu kecil untuk naik sepeda motor bila berangkat ke sekolah. Untuk itu kami mohon pada Bapak/Ibu guru dapat membantu kami untuk menjelaskan kepada Aden. Terima kasih (Sumber: Dokumen Buku Harian Siswa).


Contoh lain,
Dari buku presensi guru Matematika diketahui bahwa banyak siswa yang bolos sekolah, hal ini tergambar dari analisis presensi kehadiran siswa sebagai berikut,
Dari 40 orang siswa, mulai tanggal 12 Januari 2008 siswa yang hadir sebanyak 30 orang, tanggal 19 Januari 2008 siswa yang hadir 32 siswa, dan tanggal 26 Januari 2008 siswa yang hadir juga masih 32 orang (Sumber: Dokumen Presensi Guru Matematika).


c. Tahap Refleksi Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini dikemukakan hal-hal yang terkait dengan tinjauan atas: (1) tahap-tahap RPP yang telah dijalankan, dan (2) pelaksanaan program pembelajaran, baik selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Dalam tahap refleksi ini akan dapat disusun perbaikan atau modifikasi dari RPP untuk tahap pembelajaran berikutnya, atau tidak ada perbaikan atau modifikasi untuk tahap (siklus) berikutnya. Jika penelitian dilaksanakan secara kolaborasi, maka pada kegiatan refleksi inipun harus dilakukan secara kolaborasi juga.
Beberapa hal yang dapat dikemukakan pada bagian refleksi adalah sebagai berikut,
1) Refleksi terhadap RPP
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada bagian ini adalah (1) apakah guru tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan RPP, ataukan upaya perbaikan atau modifikasi RPP perlu dilakukan untuk pelaksanaan program pembelajaran berikutnya; (2) apakah jumlah jam pembelajaran telah memadai untuk setiap kegiatan pembelajaran (kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup)?; (3) dan sebagainya
2) Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada bagian ini adalah (1) apakah siswa memahami instruksi guru ketika menjalankan strategi pembelajaran?; (2) apakah para siswa telah melaksanakan kegiatan siswa sesuai dengan strategi yang dikembangkan?; (3) apakah selama proses pembelajaran, guru dan siswa dapat berinteraksi secara wajar, tanpa mengalami kesulitan yang berarti?; (4) apakah indikator-indikator keberhasilan tindakan sering muncul selama proses tindakan dijalankan?; (5) apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan?, (6) bagaimana persepsi kita (siswa, guru dan pengamat) terhadap tindakan yang telah kita lakukan?; (7) apakah terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dari hasil tindakan?; (8) dan sebagainya yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.
Hasil dari refleksi ini adalah suatu keputusan tentang perlu tidaknya modifikasi perencanaan dari tindakan yang kita kembangkan atau tindakan yang kita kembangkan telah berhail kita lakukan, sehingga sesi PTK dapat dianggap sudh selesai.




2. Temuan Penelitian
Pertanyaan yang muncul ada bagian ini? Apakah temuan penelitian berasal dari kegiatan refleksi? Jika ya, maka bagian temuan dalam penelitian pada umumnya adalah sama dengan bagian dalam refleksi dalam PTK.
Hasil analisis data yang merupakan temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Di samping itu, temuan dapat berupa penyajian katagori, sistem klasifikasi, dan tipologi. Dalam PTK pada bagian ini dikemukakan temuan-temuan yang muncul dari tahap-tahap (siklus) PTK itu sendiri, yakni mencakup temuan: (1) pada tahap perencanaan (RPP), dan (2) tahap pelaksanaan tindakan.
Temuan pada tahap RPP, dapat dikemukakan (1) cukup tidaknya jumlah jam pelajaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan sebagaimana tertuang dalam silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya, (2) perlu tidaknya modifikasi strategi yang telah dijalankan dalam program pembelajaran, (3) perlu tidaknya indikator-indikator hasil belajar yang dikembangkan direvisi, (4) perlu tidaknya penambahan penggunaan sumber/bahan/alat pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya, (5) perlu tidaknya instrumen penilaian yang telah dikembangkan sebelumnya dimodifikasi, dan (6) dan sebagainya.
Temuan pada tahap pelaksanaan tindakan dapat mengemukakan, (1) kecenderungan siswa dalam memahami instruksi guru ketika menjalankan strategi pembelajaran; (2) kecenderungan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan strategi yang dikembangkan; (3) pola interaksi guru dan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar selama proses pembelajaran berlangsung; (4) kecenderungan munculnya indikator-indikator keberhasilan maupun indikator ketidakberhasilan tindakan sering muncul selama proses tindakan dijalankan; (5) dan sebagainya.
Temuan pada tahap refleksi pelaksanaan tindakan dapat dikemukakan simpulan-simpulan peristiwa yang menunjukkan indikator-indikator keberhasilan atau indikator-indikator ketidakberhasilan tindakan, yang selanjutnya digunakan untuk upaya-upaya perbaikan siklus berikutnya; atau jika sesi penelitian sudah selesai dilaksanakan maka dapat dibuatkan rekomendasi untuk pembelajaran sejenis di masa yang akan datang.
Oleh karena dalam kegiatan refleksi dilakukan dengan cara meninjau kegiatan yang terjadi selama proses perencanaan dan pelaksanaan tindakan; kegiatannya mencakup menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh, sehingga dapat dirumuskan pernyataan-pernyataan kesimpulan PTK yang merupakan temuan penelitian.

B. Pembahasan
Pembahasan biasanya disajikan pada Bab IV atau Bab V dalam suatu laporan penelitian tergantung dari permintaan sponsor atau ketentuan lembaga pendidikan tempat kita melaporkan penelitian.
Pada bagian ini kejelian dan ketajaman daya pikir peneliti untuk membahas temuan penelitian sangat penting, sebab pada bagian pembahasan peneliti harus menginterpretasi bagaimana kedudukan temuan penelitiannya terhadap temuan atau teori sebelumnya. Jika memungkinkan perlu diungkapkan juga implikasi dari temuan penelitian ini.
Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dilakukan dengan jalan menjelaskan temuan-temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu yang lebih luas. Hal ini dilakukan dengan membandingkan temuan-temuan penelitian yang diperoleh dengan teori dan temuan empiris lain yang relevan. Sebab, membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan temuan penelitian lain yang relevan akan mampu memberikan taraf kredibilitas yang lebih tinggi terhadap hasil penelitian.



JUDUL PTK
Peningkatan Kualitas Belajar Statistika Pendidikan melalui Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok pada Mahasiswa Semerter III A Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
atau
Penerapan Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Statistika Pendidikan pada Mahasiswa Semerter III A Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.



RUMUSAN MASALAH
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah umum penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.”.
Adapun rumusan masalah khususnya adalah:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.
3. Bagaimanakah proses dan hasil penilaian pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.

TUJUAN PENELITIAN
Berdasar rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Adapun tujuan penelitian khususnya adalah mendeskripsikan:
1. Proses perencanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
3. Proses dan hasil penilaian pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi dosen atau peneliti.
Dengan dilaksanakan PTK maka dosen sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu dosen dapat menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran selain penguasaaan metode, strategi dan media juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa yang sedang belajar.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan dilaksanakanya PTK akan sangat membantu mahasiswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari dosen akan memungkinkan mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar serta mampu untuk berfikir yang lebih kreatif; sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
3. Bagi Jurusan
Bagi jurusan hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu.
4. Bagi Fakultas/Universitas
Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan (1) pendidikan dan pembelajaran, (2) penelitian dan (3) pengabdian kepada masyarakat; lebih-lebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran.

HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika strategi pembelajaran model investigasi kelompok diterapkan dalam pembelajaran Statistika Pendidikan, maka kualitas hasil belajar mahasiswa jurusan PAI semester III kelas A fakultas Tarbiyah UIN Malang dapat ditingkatkan.

Baca Selengkapnya.....

JUDUL-JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

di 09.25



JUDUL-JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

NO JUDUL
1 Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi PAI Siswa Kelas IV SDN
2 Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Shalat dengan Metode Presentasi Siswa Kelas II SDN 1 Lawang
3 Upaya Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar Pelajaran PAI melalui Program Pembiasaan Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Lawang
4 Efektivitas Problem Solving dengan Memanfaatkan Alat Peraga dalam Pembelajaran PAI di Kelas VI SDN 2 Demak
5 Peningkatan Daya Berpikir Kritis Siswa terhadap Kondisi Lingkungannya melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pembelajaran PAI Kelas VI SDN
6 Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Lubuk Linggau Melalui Pengintegrasian Metode Clustering dan Journalist's Questions
7 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas IV dengan Pendekatan Kontekstual pada Sekolah Dasar Negeri 6 Matangglumpangdua Kecamatan Peusangan
8 Upaya Menuntaskan Indikator Pembelajaran Siswa dengan Model Direct Instruction Konsep SHALAT Mata Pelajaran PAI (Studi pada Siswa Kelas V SDN
9 Meningkatkan Keterampilan Menulis Huruf-huruf Hijaiyah Siswa Klpk B RA NURUL IMAN dengan Metode Investigasi Kelompok
10. Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas IV SDN5 Lawang Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Paire-Share
11. Meningkatkan Keterampilan Merumuskan Kesimpulan Melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pengelompokan Surat-surat Al-Qur,an Mata Pelajaran PAI di Kelas VI SDN Singosari
12 Meningkatkan Penguasaan Konsep Thaharoh dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas V SDN Lawang
13 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Thaharoh Melalui Penerapan Strategi Concept Mapping pada Kelas IV SDN Singosari
14 Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mempelajari Surat-surat dalam Al-Qur’an Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning
15. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Membaca Surat-surat Al-Qur,an dan Menghafal Surat-surat pendek dalam Al-Qur,an di SDN Lawang melalui Learning Community dengan Teknik Permainan Komunikatif
16 Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak, Menulis dan Membaca Huruf Hijaiyah SDN Kelas II melalui Metode Iqro,
17 Implementasi Pendekatan Pembelejaran Kooperatif dalam Pembelajaran PAI untuk Mengatasi Rendahnya Pemahaman Siswa Kelas III SDN Lawang
18 Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas V SDN Singosari


19. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Tanggungjawab Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI Melalui Penggunaan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw di SDN 1 Lawang.
20. Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas V SDN dalam Pembelajaran PAI Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
21. Peningkatan Kompetensi Menghafal surat-surat Pendek dalam Al-Qur,an Siswa Kelas B Melalui Pola Latihan Berjenjang
22 Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri
23 Upaya Peningaktan Keaktifan Belajar Siswa melalui Metode Demonstrasi dan Latihan pada Pembelajaran PAI KD Mampu Melakukan Shalat Siswa kelas B RA Malang
24 Optimalisasi Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Meningkatkan Aktivitas Bertanya dan Kemampuan Menjelaskan Konsep dan Prinsip Thaharoh di Kelas II SDN
25 Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia untuk Peningkatan Keterampilan Menulis dan Membaca Huruf Hijaiyah Kelas B RA
26 Peningkatan Pembelajaran Menulis Huruf Hijaiyah dengan Pendekatan Proses dan Media Gambar di Kelas B RA Kota Batu
27. Peningkatan Partisipasi Siswa dengan Model Inkuiri Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pembelajaran PAI RA Kota Batu

Baca Selengkapnya.....

cari ptk ??????!!!!!

di 09.19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
silahkan hubungi...........

Baca Selengkapnya.....

Ibnu Sina 980-1073 M

Jumat, 29 Mei 2009 di 19.30

Nama lengkap beliau adalah Abu Ali al Husain ibn Abdullah ibn Sina dan lebih dikenal di masyarakat Eropa dengan sebutan “Avicenna”. Nama panggilan lain beliau selain Ibnu Sina adalah Abu Ali. Beliau adalah salah seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Beliaulah pembuat ensiklopedia terkemuka dan pakar dalam bidang agama, kedokteran, filsafat, logika, matematika, astronomi dan musik. Selain itu beliau juga seorang pustakawan dan psikiater yang handal. Ibnu sina dilahirkan di Afsyinah, ebuah desa yang terletak dekat Bukhara( Republik Uzbekistan) tahun 370 H/ 980 M.
Ayah Ibnu Sina adalah seorang gubernur Samanite yang ditugaskan di Bukhara. Beliau berasal dari Balakh lalu pindah ke Bukhara pada zaman pemerintahan Al-Amir Nuh bin Mansur dan tinggal di perkampungan kecil di Bukhara yang bernama Khirmitan. Namun akhirnya beliau menetap di Afsyanah karena dekat dengan tempat kerjanya.


Sejak kecil beliau telah memperlihatkan intelegensianya yang cemerlang dan kemajuan yang luar biasa dalam menerima pendidikan. Ibnu Sina kecil yang tangkas mulai belajar al-qur’an pada usia 5 tahun. Sejak usia lima tahun itu Ibnu Sina telah mendapatkan pendidikan al-qur’an dan sastra dari ayahnya. Pada usia sepuluh tahun ia sudah hafal al-qur’an, menguasai ilmu sastra, tasawuf, dan geometri. Belum genap usia 16 tahun, Ibnu Sina sudah menguasai ilmu kedokteran. Saat itulah ia mulai menangani pasien. Segala kerja kerasnya selama ini berbuah. Ketekunannya dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu membuatnya ahli dalam berbagai ilmu.

Di berbagai pelosok nama Ibnu Sina mulai dikenal banyak orang. Bahkan di negeri tetangga pun, beliau menjadi bahan pembicaraan. Tak jarang orang dari negeri tetangga mendatanginya di Bukhara untuk berdiskusi. Berduyun-duyun penduduk dari berbagai negeri berdatangan untuk berguru dan berobat. Ibnu Sina tak pernah berhenti belajar demi mengembangkan keilmuannya. Walaupun tak jarang ia tertidur kelelahan. Di usia 17 tahun, di tengah usahanya untuk menyembuhkan penyakit baginda Nuh bin Mansur, ia terus mengembangkan ilmunya. Sebagai penghargaan sang raja atas jasanya yang berhasil menyembuhkan raja. Baginda meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas ditambah lagi
Semangat belajarnya tinggi. Ia tidak pernah melewatkan waktu sedikitpun untuk bermalas-malasan. Beberapa karyapun telah dilahirkan. Selama 1,5 tahun Ibnu Sina jarang tidur, berkutat dengan berbagai ilmu dan analisa. Semangat belajarnya kuat sekali. Ibnu Sina selalu memikirkan ilmu yang sedang dipelajarinya sampai ia memahaminya. Ibnu Sina tidak hanya belajar teori tapi juga mempraktikkannya. Pengalaman ilmunya terhadap apa yang dipelajari kian luar biasa.
Ibnu Sina tak pernah berhenti belajar. Ilmunya semakin matang dan mendalam. Pada usia 21 tahun, Ibnu Sina berhasil membuat buku pertamanya, Al- Majmu’ ketika berada di Khawarazm yang mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap. Beliau menyelesaikannya berdasarkan semua disiplin ilmu yang dipelajarinya.
Ketika terjadi kekacauan di Kerajaan As-Samaniyah, Ibnu Sina mulai melakukan pengembaraan. Beliau keluar dari Bukhara menuju Karkang. Dari situ beliau berpindah ke Jarjan dan Khurasan. Namun demikian, pada akhirnya Ibnu Sina meninggalkan kedua negara tersebut menuju ke Dahastan. Setelah itu, Ibnu Sina kembali ke Jarjan dan bertemu dengan Juzjani. Di Jarjan, Ibnu Sina menjadi menteri sebanyak dua kali. Meski demikian, beliau tidak pernah berhenti menulis, mengajar, dan mengarang. Malam hari, beliau mengajar dan pagi hari beliau bertolak ke kantor kementerian tempat beliau tugaskan. Buku yang ditulis Ibnu Sina lebih kurang 250 judul, termasuk kitab, esei, dan artikel dalam bidang matematik, mantik, akhlak, fisika, kedokteran dan filsafat.
Buku-buku yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo. Karya-karya beliau semasa hidupnya antara lain:
1. Kitab Al Majmu’, berisi tentang ilmu pengetahuan yang lengkap ditulis saat beliau
berusia 21 tahun.
2. Kitab Asy Syifa, (The Books of Recovery/The Books of Remedy), berisi tentang
cara-cara pengobatan beserta obatnya (18 jilid). Kitab ini di dunia kedokteran
menjadi ensiklopedia filosofi kedokteran. Dalam bahasa latin kitab ini dikenal
dengan nama “Sanatio”.
3. Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine). tentang cara pengobatan yang
sistematis (16 jilid). Memuat pernyataan yang tegas bahwa darah mengalir terus-
menerus dalam suatu lingkaran dan tidak pernah berhenti. Buku ini sejak zaman
dinasti Han di Cina telah menjadi rujukan standar karya-karya medis cina.
4. Kitab Remedies for the Heart, berisi sajak-sajak. Mengandung sajak-sajak
pengobatan yang menguraikan tentang 760 jenis penyakit beserta cara
pengobatannya.
5. Kitab An Najah, tentang filsafat.
6. Penemuan tentang anatomi tubuh. Ibnu Sina percaya bahwa setiap tubuh manusia
terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api dan angin. Keempat unsur itu
memberi sifat lembab, sejuk, panas, dan kering serta senantiasa bergantung pada
unsur lain yang terdapat pada alam ini.
7. Penemuan tentang pengobatan psikomosaik. Beliau mengembangkan ilmu diagnosis
melalui denyut jantung (pulse diagnosis) untuk mengetahui secara pasti
keseimbangan emosi seseorang dalam beberapa detik.
8. Penemuan di bidang kimia tentang logam. Beliu menerangkan bahwa benda-benda logam
sebenarnya berbeda antara satu dengan lainnya secara khusus. Setiap logam
membentuk dengan sendirinya dengan berbagai jenis. Beliau dianggap penerus dari
perkembangan ilmu kimia yang telah dirintis oleh Jabir Ibnu Hayyan (Bapak Kimia
Muslim Pertama).
9. Penemuan di bidang geografi tentang asal muasal lembah.
10. Penemuan tentang peredaran darah. Beliau menemukan bahwa “Darah mengalir terus
menerus dalam suatu lingkaran dan tidak pernah berhenti.”
11. Kitab Fi Aqsamil Ulumil Aqliya (On the Division of the Rational Sciences)
tentang pembagian ilmu-ilmu rasional.
12. Kitab An Nayat (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa (merupakan
sebuah buku psikologi.
13. Kitab Risalah As Siyasah (Book of Politics) tentang politik.
14. Penemuan di bidang materi Medica.
15. Penemuan di bidang psikoterapi.
16. Kitab Al Musiqa, tentang musik.
16. Kitab Al Mantiq, tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil.
17. Kitab Uyun Al Hikmah (10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica
menyebutkan bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang.
18. Kitab Al Hikmah El Masyriqiyyin, tentang filsafat timur.
19. Kitab Al Insyaf tentang keadilan sejati.
20. Kitab Al Isyarat Wat Tanbihat, tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
21. Kitab Al Isaguji (The Isagoge), tentang logika
22. Kitab Fi Ad Din (Liber de Mineralibus) tentang mineral.
23. Kitab Al Qasidah Al Aniyyah, tentang prosa.
24. Kitab Sadidiya, tentang kedokteran.
25. Kitab Risalah At Thayr, tentang roman fiktif.
26. Kitab Danesh Nameh, tentang filsafat.
28. Kitb Mujir. Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar ilmu logika secara lengkap.
27. Salama wa Absal, Hayy ibn Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di
Barat) dan Risalatul Thayr (Risalah Burung).

Karya Ibnu Sina Berupa Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine) telah digunakan sebagai buku teks kedokteran di berbagai Universitas di Prancis. Misalnya di Sekolah Tinggi Kedokteran Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya sebagai bahan rujukan pada abad ke 17 M. Sementara itu, Prof. Phillip K. Hitti telah menganggap buku tersebut sebagai “Ensiklopedia Kedokteran”
Buku ini telah membincangkan serta membahas tentang penyakit syaraf. Buku tersebut juga membahas cara-cara pembedahan yang menekankan tentang keperluan pembersihan luka. Bahkan di dalam buku-buku tersebut juga dinyatakan keterangan dengan lebih jelas disamping gambar-gambar dab sketsa-sketsa yang sekaligus menunjukkan pengetahuan anatomi Ibnu Sina yang luas.
Penulis-penulis barat telah menganggap Ibnu Sina sebagai “Bapak Kedokteran” karena beliau telah memadukan teori kedokteran Yunani Hipocrates dan Galen dan pengalaman dari ahli-ahli kedokteran dari India dan Parsi serta pengalaman beliau sendiri
Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali ke kota yang disukainya Hamadhan. Walau beliau sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia.
Beliau sudah tiada, tapi akan selalu menemani kita. Sekarang, kita harus melanjutkan setiap karyanya. Jangan sampai kita hanya bisa bernostalgia dengan membaca sejarah beliau. Ikrarkan dalam hati bahwa “Kita bisa seperti beliau, beliau aja bisa apalagi kita”. Jangan kita hanya terkagum-kagum saja tapi kita tidak ingin menggali ilmu yang beliau tinggalkan. Jika beliau masih hidup sekarang ini mungkin merasa sedih. Sebab ilmu yang beliau tinggalkan tidak kita pergunakan dan kembangkan dengan baik. Malah, orang barat yang mengembangkannya. Saatnyalah kita bangkit dan kita capai kegemilangan islam dengan ilmu pengetahuan serta iman dan taqwa.

Baca Selengkapnya.....

Andalusia Saksi Lahirnya Cendekia Islam

di 19.20

TENTU kita masih ingat akan sejarah kedatangan Thariq bin Ziyad bersama pasukannya pada bulan Mei tahun 711 M memasuki selat Gibraltar yang terletak di teluk Algeciras, sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan Islam dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bercokol di tanah Andalusia (sekarang Spanyol). Berkat kedatangan Islam di Andalusia hampir delapan abad lamanya kaum Muslim mengusasi kota-kota penting seperti Toledo, Saragosa, Cordoba, Valencia, Malaga, Seville, Granada dan lain sebagainya, mereka membawa panji-panji ke-Islaman, baik dari segi Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan, maupun segi Arsitektur bangunan.


Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
Diantara cendekiawan-cendekiawan asal andalusia tercatat sebagai berikut :


1. IBNU THUFAIL (1107-1185)
Dilahirkan di Asya, Granada. Nama lengkapnya adalah "ABU BAKAR MUHAMMAD Bin ABDUL MALIK Bin MUHAMMAD Bin MUHAMMAD Bin THUFAIL AL QISIY". Ia pernah menjabat sebagai Mentri dalam bidang Politik di pemerintahan dan juga pernah sebagai Gubernur untuk Wilayah Sabtah dan Tonjah di Magribi. Sebagai ahli falsafah, Ibnu Thufail adalah guru dari Ibnu Rusyd (Averroes), ia mengusai ilmu lainnya seperti ilmu hukum, pendidikan dan kedokteran, sehingga Thufail pernah menjadi sebagai dokter pribadi Abu Ya'kub Yusuf seorang Amirul Muwahhidin. Ibnu Thufail atau di kenal pula dengan lidah Eropa sebagai Abubacer menulis Roman Filasafat dalam literatur abad pertengahan dengan nama Kitabnya "Hayy ibn Yaqzan", salah satu buku sebagai warisan dari ahli filsafat Islam tempo dulu yang sampai kepada kita, sedangkan sebagian karyanya hilang.

2. AL IDRISI
Lahir di Ceuta pada tahun 1100 M salah seorang ahli Geografi dengan nama lengkapnya "ABU ABADALLAH MUHAMMAD AL IDRISIY", yang menulis Kitab Ar-Rujari -atau dikenal dengan Buku Roger- salah satu buku yang menjelaskan tentang peta dunia terlengkap, akurat, serta menerangkan pembagian-pembagian zona iklim di dunia. Ar-Rujari sebuah karya yang diperbantukan untuk Raja Roger II, dimana buku ini sempat dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa baik Muslim maupun non Muslim. Al-Idrisi adalah seorang yang tekun, pekerja keras dan tanpa lelah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, ia menggali ilmu Geografi dan ilmu Botani di Kordoba Spanyol. Selain itu dalam melahirkan ahli Botani, Andalusia mencatat pula nama Abu Muhammad ibn Baitar atau Ibnu Baitar (1190-1248) yang dilahirkan di Malaga, dialah yang petama kali menggabungkan ilmu-ilmu botani Islam, dimana karyanya dijadikan sebagai standar referensi hingga abad ke-16.

3. IBNU BAJJAH (1082-1138)
Ia dilahirkan di Saragosa dengan nama lengkapnya "ABU BAKAR MUHAMMAD Bin YAHYA AS SAIGH". Ia adalah seorang yang cerdas sebagai ahli matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat dan penyair dari golongan Murabitin, selain hafal Al-Qur'an beliaupun piawai dalam bermain musik gambus.
Kepercayaanya terhadap Ibnu Bajjah dalam bermain politik semasa kepemimpinan Abu Bakr Ibrahim ia diangkat menjadi Mentri di Saragosa. Karangannya yang terkenal adalah an-Nafs (Jiwa) yang menguraikan tentang keadaan jiwa yang terpengaruhi oleh filsafat Aristoles, Galenos, al-Farabi dan Ar-Razi. Dalam usia 56 tahun Ibnu Bajjah meninggal sebab diracuni dan hasil karyanya banyak yang dimusnahkan, namun ajaran-ajarannya mempengaruhi para ilmuwan berikutnya di tanah Andalusia.

4. IBNU RUSYD (1126-1198)
Lahir di Cordova lidah barat menyebutnya Averroes yang nama lengkapnya adalah "ABDUL WALID MUHAMMAD Bin AHMAD Bin MUHAMMAD IBNU RUSYD". Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum, ilmu hisab (arithmatic), kedokteran dan ahli filsafat terbesar dalam sejarah Islam dimana ia sempat berguru kepada Ibnu Zuhr, Ibn Thufail dan Abu Ja'far Harun dari Truxillo. Pada tahun 1169 Ibn Rusyd dilantik sebagai hakim di Sevilla, pada tahun 1171 dilantik menjadi hakim di Cordova. Karena kepiawaiannya dalam bidang kedokteran Ibnu Rusyd diangkat menjadi dokter istana tahun 1182. Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah Kitab Kuliyah fith-Thibb (Encyclopaedia of Medicine) yang terdiri dari 16 jilid, yang pernah di terjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh seorang Yahudi bernama Bonacosa, kemudian buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan nama "General Rules of Medicine" sebuah buku wajib di universitas-universitas di Eropa. Karya lainnya Mabadil Falsafah (pengantar ilmu falsafah), Taslul, Kasyful Adillah, Tahafatul Tahafut, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Tafsir Urjuza (menguraikan tentang pengobatan dan ilmu kalam), sedangkan dalam bidang musik Ibnu Rusyd telah menulis buku yang berjudul "De Anima Aristotles" (Commentary on the Aristotles De Animo). Ibnu Rusyd telah berhasil menterjemahan buku-buku karya Aristoteles (384-322 SM) sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syarih (comentator) berkat Ibnu Rusyd-lah karya-karya Aristoteles dunia dapat menikmatinya. Selain itu beliaupun mengomentari buku-buku Plato (429-347 SM), Nicolaus, Al-Farabi (874-950) dan Ibnu Sina (980-1037).
Ibnu Rusyd seorang yang cerdas dan berfikiran kedepan sempat dituduh sebagai orang Yahudi karena pemikiran-pemikirannya sehingga beliau di asingkan ke Lucena dan sebagian karyanya dimusnahkan. Doktrin Averoism mampu pengaruhi Yahudi dan Kristen, baik barat maupun timur, seperti halnya pengaruhi Maimonides, Voltiare dan Jean Jaques Rousseau, maka boleh dikatakan bahwa Eropa seharusnya berhutang budi pada Ibnu Rusyd.

5. IBNU ZUHR(1091-1162)
Atau "ABUMERON". dikenal pula dengan nama "AVENZOAR" yang lahir di Seville adalah seorang ahli fisika dan kedokteran beliau telah menulis buku "The Method of Preparing Medicines and Diet" yang diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi (1280) dan bahasa Latin (1490) sebuah karya yang mampu pengaruhi Eropa dalam bidang kedokteran setelah karya-karya Ibnu Sina Qanun fit thibb atau Canon of Medicine yang terdiri dari delapan belas jilid.

6. IBNU ARABI (1164-1240)
Dikenal juga sebagai "IBNU SURAQAH", "AS SAIKHUL AKBAR" atau Doktor "MAXIMUS" yang dilahirkan di Murcia (tenggara Spanyol). Pada usia delapan tahun tepatnya tahun 1172 ia pergi ke Lisbon untuk belajar pendidikan Agama Islam yakni belajar Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar bin Khalaf. Setelah itu ia pergi ke Seville salah satu pusat Sufi di Spanyol, disana ia menetap selama 30 tahun untuk belajar Ilmu Hukum, Theologi Islam, Hadits dan ilmu-ilmu tashawuf (Sufi). Karyanya sungguh luar biasa, konon Ibnu Arabi menulis lebih dari 500 buah buku, sekarang di perpustakaan Kerajaan Mesir di Kairo saja masih tersimpan 150 karya Ibnu Arabi yang masih ada dan utuh. Diantara karya-karyanya adalah Tafsir Al-Qur'an yang terdiri 29 jilid, Muhadaratul Abrar Satu jilid, Futuhat terdiri 20 jilid, Muhadarat 5 jilid, Mawaqi'in Nujum, at-Tadbiratul Ilahiyyah, Risalah al-khalwah, Mahiyyatul Qalb, Mishkatul Anwar, al Futuhat al Makiyyah yakni suatu sistim tashawuf yang terdiri dari 560 bab dan masih banyak lagi karangan-karangan hasil pemikiran Ibnu Arabi yang mempengaruhi para sarjana dan pemikir baik di Barat maupun Timur setelah kepergiaanya.
Ibnu Arabi dengan nama lengkapnya "SYEKH MUCHYIDDIN MUHAMMAD IBNU 'ALI" adalah salah seorang sahabat dekat Ibnu Rusyd. Ia sering berkelana untuk thalabul 'ilmi (mencari ilmu) dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya seperti ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez, Maroko, Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil dan Damaskus hingga wafatnya disana dan dimakamkan di Gunung Qasiyun.

Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Andalusia sejak tahun 711 M hingga berakhirnya kekuasaan Islam di Granada pada tanggal 2 Januari 1492 M / 2 Rabiul Awwal 898 H tepatnya 512 tahun lalu, Andalusia dalam masa kejayaan Islam telah melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang tertulis dengan tinta emas di sepanjang jaman. Karya mereka yang masih ada banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di penjuru dunia. Sehingga universitas-universitas dibangun di negeri ini ditengah ancaman musuh-musuhnya.
Itulah keunikan para ulama, cendekiawan-cendekiawan tempo dulu bukan saja menguasai satu bidang ilmu pengetahuan namun mereka menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang disegani dan tanpa pamrih, hingga nama mereka dikenang oleh setiap insan. Kini bukti kemajuan akan peradaban Islam tempo dulu di Spanyol dapat kita lihat sisa-sisa bangunan yang penuh sejarah dari Toledo hingga Granada, dari Istana Cordova hingga Alhambra. Dan disinilah berkat kekuasaan Tuhan walaupun kekuasaan Islam di Spanyol telah jatuh kepada umat Kristen beberapa abad silam yang menjadikan Katolik sebagai agama resmi, namun karya-karya anak negeri ini mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi umat manusia hingga di abad milenium yang super canggih.
Satu hal yang harus kita renungkan sekarang, apa yang telah engkau berikan kepada bangsa dan umat manusia ini. Kemanfaatan atau Kemadlaratan?

Baca Selengkapnya.....