my picture

my picture
kabupaten bangkalan

Benarkah Sholahuddin Al-Ayyubi Pencetus Perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wa sallam

Jumat, 19 Februari 2010 di 01.48

Alkisah

Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di negeri nusantara ini tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim waktu itu, Sholahuddin al-Ayyubi, ingin mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan maulid nabi. Dan itu adalah peringatan maulid nabi yang pertama kali dimuka bumi.


Begitulah cerita yang berkembang sehingga yang dikenal oleh kaum Muslimin bangsa ini, penggagas perayaan untuk memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini adalah Imam Sholahuddin al Ayyubi. Akan tetapi benarkah cerita ini? Kalau tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus peringatan malam maulid nabi? Dan bagaimana alur cerita sebenarnya?

Kedustaan Kisah Ini

Anggapan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah pencetus peringatan malam maulid nabi adalah sebuah kedustaan yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab sejarah terpercaya –yang secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam Sholahuddin al Ayyubi- menyebutkan bahwa beliau lah yang pertama kali memperingati malam maulid nabi.

Akan tetapi, para ulama ahli sejarah justru menyebutkan kebalikannya, bahwa yang pertama kali memperingati malam maulid nabi adalah para raja dari Daulah Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.

Merekalah yang dikatakan oleh Imam al Ghozali: “Mereka adalah sebuah kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir murni.” Hal ini dikatakan oleh al Miqrizi dalam al-Khuthoth: 1/280, al Qolqosyandi dalam Shubhul A’sya: 3/398, as Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid hal.69, Muhammad Bukhoit al Muthi’I dalam Ahsanul Kalam hal.44, Ali Fikri dalam Muhadhorot beliau hal.84, Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’ hal.126.

Imam Ahmad bin Ali al Miqrizi berkata: “Para kholifah Fathimiyyah mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya. Yaitu perayaan tahun baru, perayaan hari asyuro, perayaan maulid nabi, maulid Ali bin Abi Tholib, maulid Hasan, maulid Husein, maupun maulid Fathimah az Zahro’, dan maulid kholifah. (Juga ada) perayaan awal Rojab, awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Romadhon, pertengahan Romadhon, dan penutup Ramadhon…” [al Mawa’izh:1/490]

Kalau ada yang masih mempertanyakan: bukankah tidak hanya ulama yang menyebutkan bahwa yang pertama kali membuat acara peringatan maulid nabi ini adalah raja yang adil dan berilmu yaitu Raja Mudhoffar penguasa daerah Irbil?

Kami jawab: Ini adalah sebuah pendapat yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para ulama tadi. Sisi kesalahan lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ wal h\Hawadits hal.130 menyebutkan bahwa raja Mudhoffar melakukan itu karena mengikuti Umar bin Muhammad al Mula, orang yang pertama kali melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam Mir’atuz Zaman: 8/310. Umar al Mula ini adalah salah seorang pembesar sufi, maka tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al Mula ini mengambilnya dari orang-orang Ubaidiyyah.

Adapun klaim bahwa Raja Mudhoffar sebagai raja yang adil, maka urusan ini kita serahkan kepada Allah akan kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang sezaman dengannya menyebutkan hal yang berbeda.

Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan 1/138 berkata: “Sifat raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat zalim, tidak memperhatikan rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka dengan cara yang tidak benar.” [lihat al Maurid Fi ‘Amanil Maulid kar.al Fakihani – tahqiq Syaikh Ali- yang tercetak dalam Rosa’il Fi Hukmil Ihtifal Bi Maulid an Nabawi: 1/8]

Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.

Para sejarawan banyak menceritakan kejadian itu, diantaranya al Hafizh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah: 13/137 saat menyebutkan biografi Raja Mudhoffar berkata: “Dia merayakan maulid nabi pada bulan Robi’ul Awal dengan amat mewah. As Sibt berkata: “Sebagian orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam hidangan Raja Mudhoffar disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh ribu daging ayam, seratus ribu gelas susu, dan tiga puluh ribu piring makanan ringan…”

Imam Ibnu Katsir juga berkata: “Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi. Sang raja pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget bersama mereka.”

Ibnu Kholikan dalam Wafayat A’yan 4/117-118 menceritakan: “Bila tiba awal bulan Shofar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah ada sekumpulan penyanyi, ahli menunggang kuda, dan pelawak. Pada hari-hari itu manusia libur kerja karena ingin bersenang-senang ditempat tersebut bersama para penyanyi. Dan bila maulid kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba dilapangan.” Dan pada malam mauled, raja mengadakan nyanyian setelah sholat magrib di benteng.”

Setelah penjelasan diatas, maka bagaimana dikatakan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah penggagas maulid nabi, padahal fakta sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja yang berupaya menghancurkan Negara Ubaidiyyah. [1]

Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi [2]

Beliau adalah Sultan Agung Sholahuddin Abul Muzhoffar Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya’qub ad Duwini. Beliau lahir di Tkrit pada 532 H karena saat itu bapak beliau, Najmuddin, sedang menjadi gubernur daerah Tikrit.

Beliau belajar kepada para ulama zamannya seperti Abu Thohir as Silafi, al Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu Thohir bin Auf, dan lainnya.

Nuruddin Zanki (raja pada saat itu) memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang saat itu di kuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.

Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang semisal beliau.

Perang dahsyat yang sangat monumental dalam kehidupan Sholahuddin al Ayyubi adalah Perang Salib melawan kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak porandakan kekuatan mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.

Muwaffaq Abdul Lathif berkata: “Saya pernah datang kepada Sholahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis (Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi oleh semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat maupun jauh. Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam beramal kebaikan. Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata majelis beliau penuh dengan para ulama, beliau banyak mendengarkan nasihat dari mereka.”

Adz Dzahabi berkata: “Keutamaan Sholahuddin sangat banyak, khususnya dalam masalah jihad. Beliau pun seorang yang sangat dermawan dalam hal memberikan harta benda kepada para pasukan perangnya. Beliau mempunyai kecerdasan dan kecermatan dalam berfikir, serta tekad yang kuat.”

Sholahuddin al Ayyubi wafat di Damaskus setelah subuh pada hari Rabu 27 Shofar 589 H. Masa pemerintahan beliau adalah 20 tahun lebih.

________
Footnote:

[1] Untuk lebih lengkapnya tentang sejarah peringatan maulid nabi dan hokum memperingatinya, silahkan dilihat risalah Akhuna al- Ustadz Abu Ubaidah “Polemik Perayaan Maulid Nabi”

[2] Disarikan dari Siyar A’lamin Nubala’: 15/434 no.5301

Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 09 Thn.XIII, Robi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/]
Tag: Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf

Baca Selengkapnya.....

Didukung Perusahaan Raksasa, Satukan Kekuatan Sebarkan Injil

Jumat, 15 Januari 2010 di 05.32

Didukung Perusahaan Raksasa, Satukan Kekuatan Sebarkan Injil

Februari 14, 2009 oleh fuui

Dalam ajang tahunan National Religious Broadcasters (NRB) National Religious Broadcasters (NRB) Convention & ExpositionConvention & Exposition ini, para marketplace terbesar mendedikasikannya untuk media-media Kristen profesional yang berusaha menyatukan kekuatan media guna menyebarkan Injil.

Lebih dari 300 perusahaan dan ministri akan mempresentasikan hasil kerja mereka di tempat pertunjukan seluas 135.000 m2, termasuk juga perusahaan-perusahaan penyedia kebutuhan, lembaga nirlaba, institusi-institusi pendidikan, para penerbit, dan ministry-ministri yang bergerak di bidang broadcasting.


Disamping itu juga menampilkan perusahaan sekuler seperti Adobe Systems, Sony Electronics, dan Canon U.S.A., yang mana produk-produknya makin banyak digunakan untuk dapat lebih efektif menjangakau dunia saat ini.

“Di Amerika Utara ini, bahkan kami harus mendaki kurva tahapan pembelajaran yang curam untuk dapat seperti saat ini. Dan ada begitu banyak harapan dari para broadcaster Kristen di seluruh dunia yang masih mendaki kurva tahapan pembelajaran yang curam tersebut,”ujar presiden dan CEO NRB Dr Frank Wright.

“Satu tujuan kami adalah untuk dapat membantu mereka memperpendek kurva tersebut.”

Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya, konvensi NRB pada tahun ini akan memberikan lebih dari seratus sesi pendidikan yang dipandu oleh para profesional top yang ahli dibidangnya, yang ikut serta dalam pameran tersebut dan membimbing para peserta dengan topik-topik seperti cara meningkatkan pendanaan, marketing, undang-undang hak cipta, dan mentransformasi pelayanan gereja dengan menerapkan teknologi.

Dalam sesi pembahsan umum tahun ini menghadirkan penghotbah Anne Graham Lotz, Charles Stanley dan John McArthur; pakar media Phil Cooke serta Dan Merchant; juga direktur film Kristen Alex Kendrick ,yang tidak diragukan lagi kemampuannya lewat film nya yang berjudul “Fireproof” yang meraup keuntungan kotor lebih dari 33 juta dolar di Amerika Serikat.

Salah satu keuntungan terbesar menghadiri konvensi ini adalah kesempatan untuk dapat saling bertemu dan berbicara secara langsung dengan top manajemen dalam bidang komunikasi Kristen. Konvensi tersebut disebutkan sebagai agenda yang “harus dihadiri” dalam industri broadcasting dan diakui sebagai peristiwa internasional paling besar diantara peristiwa sejenis di dunia.

“Kami datang bersama dengan berbagai alasan, akan tetapi kami tetap bersama selama enam puluh tahun lebih dalam sebuah organisasai karena kita adalah para pria dan wanita yang memiliki visi,”ujar Wright. “Kami melihat bahwa mungkin ini adalah yang pertama kalinya, karena dengan teknologi yang ada pada kami saat ini, kita dapat mengatakan, bahwa mungkin ini adalah generasi yang akan menjangkau dunia bagi Kristus.”

Tahun ini menandai 66 tahun konvensi tahunan NRB, dan pada urutan kedua berikutnya akan diselenggarakan di Nashville.

Sedangkan konvensi ini dimulai pada hari Sabtu lalu, Pameran secara resmi dibuka pada Minggu siangnya dan acara tersebut berakhir pada Selasa lalu.

Baca Selengkapnya.....

takut bid'ah?...........................

di 05.21

سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى ,,,,,,,,,,,,,,,, ألآيه
Maha Suci Dzat yg telah menjalankan Hambanya dari masjidil Harom ke Msjidl Aqsho..........................
Perdebatan tentang Isro’ Mi,roj sudah di mulai sejak ketika pada siang harinya Rosulullah SAW menyampaikannya. Hal itu di sebabkan karena kisah itu sangat sulit di terima oleh Akal dan Nalar Manusia.


Sebagai seorang Muslim, mengimani Isro, adalah hal yg wajib karena kejelasan Alquran dalam penyebutannya. Namun demikian, perbedaan penalaran dalam hal Kayfiyyah Isro, itu masih belum menemukan titik temu. Bermacam pendekatan dalam penalarannya membuahkan berbagai perdebatan yg berkepanjangan. Timbullah pertanyaan2 Apakah Rosulullah SAW melakukan Isro, dg Sukma dan Raga sekaligus? Atau hanya menggunakan Sukma saja? Ataukah hanya sebuah mimpi?. Sampailah pada sebuah persepsi yg terahir kalinya dg mengatakan bhw ketika Isro, Tubuh Rosulullah SAW di ubah menjadi cahaya. (lihat buku Terpesona di Sidrotul Muntaha oleh Agus Mushthofa). Padahal, tak satupun keterangan dari Rosulullah SAW yg menyatakan hal itu, baik itu tersurat maupun tersirat, Shohih maupun Dlo,if. Bahkan hadist munkar sekalipun.
Allah SWT tidak menegaskan secara detail bagaimana Isro’ itu terjadi. Hanya saja pada awwal ayat di atas tersirat bhw Allah mengIsro,kan Rosulullah adalah dg jiwa , Raga dn Ruhnya sekaligus. Yaitu yg terdapat dalam kalimat "bi ‘abdihi", yg mana kalimat tersebut menunjukkan utuhnya sabagaimana seorang Hamba di sebut.
والعبد عبارة عن مجموع الروح والجسد
Imam Fakhruddin Al Rozy juga menyatakan dalam kitabnya Al Tafsiru Al Kbir, bhwa penggunaan kalimat ‘Abdihi dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Rosulullah SAW Isro’ dg Raga dan Sukmanya sekaligus. Selanjutnya Al Rozy menyatakan Kalimat ‘Abdihi adalah ungkapan lain dari Manusia yg tidak lain adalah Muhammad SAW.
Adanya dua kalimat yg sama2 menunjukkan arti Malam pada ayat tersebut (LAILAN dan ASRO) mengesankan keluarbiasaan perjalanan Isro’ itu sendiri. Asro artinya menjakankan di malam hari, sedangkan Lailan juga berarti malam hari. Dan Lailan dg bentuk nakiroh yg dalam konteks bahasa Arab menunjukkan arti sedikit/sebentar. Kemudian Asro dg bentuk Fi,il madli, yg mana ini mengesankan arti bahwa perjalanan itu adalah murni di jalankan Oleh Allah sendiri. Dalam maksud tanpa ada ikut campurnya sebuah proses sebagaimana kebiasaan atau Sunnatullah yg berlaku. Wal hasil, Isro’ adalah perjalanan luar biasa Rosulullah SAW yg tidak bisa di nalar oleh otak siapapun maupun teknologi apapun, dg kata lain semua itu dalah MU’JIZAT.
Yg lebih istemewa dari itu adalah awwal Ayat yg sekaligus menjadi awwal Surat, yg di awwali dg kalimat ‘SUBHANA’. Kalimat ini terkenal dalam dialog Arab di gunakan atau menunjukkan hal2 yg luar biasa. Dan kalimat tersebut mempunyai dasar arti yg di tafsirkan para ulama tafsir
يمجد تعالى نفسه، ويعظم شأنه، لقدرته على ما لا يقدر عليه أحد سواه
Allah menyanjung DiriNya (bukan jasad) sendiri serta mengagungkan urusanNya terhadap keMaha KuasaNya atas apa yg tidak bisa di lakukan melainkan Dia Sendiri. Pendekatan sebuah peristiwa luar biasa dg sains teknologi memang terkadang membuat keasyikan tersendiri, tapi jiika ada kesan premise yg di paksakan dg meninggalkan Dalil2 dn Nash, tentu itu sangatlah membahayakan dasar ‘Aqidah bahwa Kekuasaan Allah tidak terbatas oleh dinding teori sains dan teknologi manapun. Allah melakukan apa saja yg di kehendakiNya, tidak ada teori ataupun kekuatan yg menghalangi.
Sengaja tulisan ini kami susun agar dasar Ilmu tauhid kita pada ahirny bemuara pada YUKMINUUNA BIL GHOIBI. Dan untuk selanjutnya semoga tidak ada lagi salah persepsi mengenahi ke absahan Teologi yg akan kita pelajari bersama. Yaitu kita memilih konsep yg lebih SALAF dr yg di katakan SALAF. Tanpa harus merebutkan dan menyebutkan kesalafan kita, kita sudah bermanhaj SALAF, dan itu tidak diragukan lagi dg alasan yg ilmiyyah!!! Dan otomatis Ahlussunnah wa al jama’ah pun tersemat di dada kita.
NB : ada kesalahan penulisan ayat di KTB 1 Mohon di maafkan dan di informasikan. trms

Baca Selengkapnya.....

Mau Beli Kitab Baru? Hati-Hati dengan Distorsi Wahabi

di 05.18

Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu.


Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.

Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu Ibn Baththah al-’Ukbari, penulis kitab al-Ibanah, sebuah kitab hadits yang menjadi salah satu rujukan utama akidah Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi salinan kitab Mu’jam al-Baghawi, dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga terkesan bahwa Ibn Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh Ibn Asakir juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu al-Qasim al-Samarqandi, sebagian salinan Mu’jam al-Baghawi yang digosok oleh Ibn Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.

Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama aliran Wahabi, seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya. Misalnya ia pernah menyatakan dalam kitabnya al-Furqan Bayna al-Haqq wa al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab al-Asy’ari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyyah, karya Ibn al-Qayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam al-Ladzdzat.

Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi.

* Di antaranya adalah kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr.
* Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
* Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
* Hasyiyah al-Shawi 'ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
* Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
* Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.

Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah peninggalan para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi pelajaran bagi kita agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli kitab-kitab terbitan baru. Wallahu a’lam.

Baca Selengkapnya.....