my picture

my picture
kabupaten bangkalan

Benarkah Sholahuddin Al-Ayyubi Pencetus Perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wa sallam

Jumat, 19 Februari 2010 di 01.48

Alkisah

Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di negeri nusantara ini tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim waktu itu, Sholahuddin al-Ayyubi, ingin mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan maulid nabi. Dan itu adalah peringatan maulid nabi yang pertama kali dimuka bumi.


Begitulah cerita yang berkembang sehingga yang dikenal oleh kaum Muslimin bangsa ini, penggagas perayaan untuk memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini adalah Imam Sholahuddin al Ayyubi. Akan tetapi benarkah cerita ini? Kalau tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus peringatan malam maulid nabi? Dan bagaimana alur cerita sebenarnya?

Kedustaan Kisah Ini

Anggapan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah pencetus peringatan malam maulid nabi adalah sebuah kedustaan yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab sejarah terpercaya –yang secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam Sholahuddin al Ayyubi- menyebutkan bahwa beliau lah yang pertama kali memperingati malam maulid nabi.

Akan tetapi, para ulama ahli sejarah justru menyebutkan kebalikannya, bahwa yang pertama kali memperingati malam maulid nabi adalah para raja dari Daulah Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.

Merekalah yang dikatakan oleh Imam al Ghozali: “Mereka adalah sebuah kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir murni.” Hal ini dikatakan oleh al Miqrizi dalam al-Khuthoth: 1/280, al Qolqosyandi dalam Shubhul A’sya: 3/398, as Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid hal.69, Muhammad Bukhoit al Muthi’I dalam Ahsanul Kalam hal.44, Ali Fikri dalam Muhadhorot beliau hal.84, Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’ hal.126.

Imam Ahmad bin Ali al Miqrizi berkata: “Para kholifah Fathimiyyah mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya. Yaitu perayaan tahun baru, perayaan hari asyuro, perayaan maulid nabi, maulid Ali bin Abi Tholib, maulid Hasan, maulid Husein, maupun maulid Fathimah az Zahro’, dan maulid kholifah. (Juga ada) perayaan awal Rojab, awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Romadhon, pertengahan Romadhon, dan penutup Ramadhon…” [al Mawa’izh:1/490]

Kalau ada yang masih mempertanyakan: bukankah tidak hanya ulama yang menyebutkan bahwa yang pertama kali membuat acara peringatan maulid nabi ini adalah raja yang adil dan berilmu yaitu Raja Mudhoffar penguasa daerah Irbil?

Kami jawab: Ini adalah sebuah pendapat yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para ulama tadi. Sisi kesalahan lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ wal h\Hawadits hal.130 menyebutkan bahwa raja Mudhoffar melakukan itu karena mengikuti Umar bin Muhammad al Mula, orang yang pertama kali melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam Mir’atuz Zaman: 8/310. Umar al Mula ini adalah salah seorang pembesar sufi, maka tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al Mula ini mengambilnya dari orang-orang Ubaidiyyah.

Adapun klaim bahwa Raja Mudhoffar sebagai raja yang adil, maka urusan ini kita serahkan kepada Allah akan kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang sezaman dengannya menyebutkan hal yang berbeda.

Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan 1/138 berkata: “Sifat raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat zalim, tidak memperhatikan rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka dengan cara yang tidak benar.” [lihat al Maurid Fi ‘Amanil Maulid kar.al Fakihani – tahqiq Syaikh Ali- yang tercetak dalam Rosa’il Fi Hukmil Ihtifal Bi Maulid an Nabawi: 1/8]

Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.

Para sejarawan banyak menceritakan kejadian itu, diantaranya al Hafizh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah: 13/137 saat menyebutkan biografi Raja Mudhoffar berkata: “Dia merayakan maulid nabi pada bulan Robi’ul Awal dengan amat mewah. As Sibt berkata: “Sebagian orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam hidangan Raja Mudhoffar disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh ribu daging ayam, seratus ribu gelas susu, dan tiga puluh ribu piring makanan ringan…”

Imam Ibnu Katsir juga berkata: “Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi. Sang raja pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget bersama mereka.”

Ibnu Kholikan dalam Wafayat A’yan 4/117-118 menceritakan: “Bila tiba awal bulan Shofar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah ada sekumpulan penyanyi, ahli menunggang kuda, dan pelawak. Pada hari-hari itu manusia libur kerja karena ingin bersenang-senang ditempat tersebut bersama para penyanyi. Dan bila maulid kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba dilapangan.” Dan pada malam mauled, raja mengadakan nyanyian setelah sholat magrib di benteng.”

Setelah penjelasan diatas, maka bagaimana dikatakan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah penggagas maulid nabi, padahal fakta sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja yang berupaya menghancurkan Negara Ubaidiyyah. [1]

Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi [2]

Beliau adalah Sultan Agung Sholahuddin Abul Muzhoffar Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya’qub ad Duwini. Beliau lahir di Tkrit pada 532 H karena saat itu bapak beliau, Najmuddin, sedang menjadi gubernur daerah Tikrit.

Beliau belajar kepada para ulama zamannya seperti Abu Thohir as Silafi, al Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu Thohir bin Auf, dan lainnya.

Nuruddin Zanki (raja pada saat itu) memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang saat itu di kuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.

Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang semisal beliau.

Perang dahsyat yang sangat monumental dalam kehidupan Sholahuddin al Ayyubi adalah Perang Salib melawan kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak porandakan kekuatan mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.

Muwaffaq Abdul Lathif berkata: “Saya pernah datang kepada Sholahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis (Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi oleh semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat maupun jauh. Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam beramal kebaikan. Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata majelis beliau penuh dengan para ulama, beliau banyak mendengarkan nasihat dari mereka.”

Adz Dzahabi berkata: “Keutamaan Sholahuddin sangat banyak, khususnya dalam masalah jihad. Beliau pun seorang yang sangat dermawan dalam hal memberikan harta benda kepada para pasukan perangnya. Beliau mempunyai kecerdasan dan kecermatan dalam berfikir, serta tekad yang kuat.”

Sholahuddin al Ayyubi wafat di Damaskus setelah subuh pada hari Rabu 27 Shofar 589 H. Masa pemerintahan beliau adalah 20 tahun lebih.

________
Footnote:

[1] Untuk lebih lengkapnya tentang sejarah peringatan maulid nabi dan hokum memperingatinya, silahkan dilihat risalah Akhuna al- Ustadz Abu Ubaidah “Polemik Perayaan Maulid Nabi”

[2] Disarikan dari Siyar A’lamin Nubala’: 15/434 no.5301

Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 09 Thn.XIII, Robi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/]
Tag: Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf

Baca Selengkapnya.....

Didukung Perusahaan Raksasa, Satukan Kekuatan Sebarkan Injil

Jumat, 15 Januari 2010 di 05.32

Didukung Perusahaan Raksasa, Satukan Kekuatan Sebarkan Injil

Februari 14, 2009 oleh fuui

Dalam ajang tahunan National Religious Broadcasters (NRB) National Religious Broadcasters (NRB) Convention & ExpositionConvention & Exposition ini, para marketplace terbesar mendedikasikannya untuk media-media Kristen profesional yang berusaha menyatukan kekuatan media guna menyebarkan Injil.

Lebih dari 300 perusahaan dan ministri akan mempresentasikan hasil kerja mereka di tempat pertunjukan seluas 135.000 m2, termasuk juga perusahaan-perusahaan penyedia kebutuhan, lembaga nirlaba, institusi-institusi pendidikan, para penerbit, dan ministry-ministri yang bergerak di bidang broadcasting.


Disamping itu juga menampilkan perusahaan sekuler seperti Adobe Systems, Sony Electronics, dan Canon U.S.A., yang mana produk-produknya makin banyak digunakan untuk dapat lebih efektif menjangakau dunia saat ini.

“Di Amerika Utara ini, bahkan kami harus mendaki kurva tahapan pembelajaran yang curam untuk dapat seperti saat ini. Dan ada begitu banyak harapan dari para broadcaster Kristen di seluruh dunia yang masih mendaki kurva tahapan pembelajaran yang curam tersebut,”ujar presiden dan CEO NRB Dr Frank Wright.

“Satu tujuan kami adalah untuk dapat membantu mereka memperpendek kurva tersebut.”

Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya, konvensi NRB pada tahun ini akan memberikan lebih dari seratus sesi pendidikan yang dipandu oleh para profesional top yang ahli dibidangnya, yang ikut serta dalam pameran tersebut dan membimbing para peserta dengan topik-topik seperti cara meningkatkan pendanaan, marketing, undang-undang hak cipta, dan mentransformasi pelayanan gereja dengan menerapkan teknologi.

Dalam sesi pembahsan umum tahun ini menghadirkan penghotbah Anne Graham Lotz, Charles Stanley dan John McArthur; pakar media Phil Cooke serta Dan Merchant; juga direktur film Kristen Alex Kendrick ,yang tidak diragukan lagi kemampuannya lewat film nya yang berjudul “Fireproof” yang meraup keuntungan kotor lebih dari 33 juta dolar di Amerika Serikat.

Salah satu keuntungan terbesar menghadiri konvensi ini adalah kesempatan untuk dapat saling bertemu dan berbicara secara langsung dengan top manajemen dalam bidang komunikasi Kristen. Konvensi tersebut disebutkan sebagai agenda yang “harus dihadiri” dalam industri broadcasting dan diakui sebagai peristiwa internasional paling besar diantara peristiwa sejenis di dunia.

“Kami datang bersama dengan berbagai alasan, akan tetapi kami tetap bersama selama enam puluh tahun lebih dalam sebuah organisasai karena kita adalah para pria dan wanita yang memiliki visi,”ujar Wright. “Kami melihat bahwa mungkin ini adalah yang pertama kalinya, karena dengan teknologi yang ada pada kami saat ini, kita dapat mengatakan, bahwa mungkin ini adalah generasi yang akan menjangkau dunia bagi Kristus.”

Tahun ini menandai 66 tahun konvensi tahunan NRB, dan pada urutan kedua berikutnya akan diselenggarakan di Nashville.

Sedangkan konvensi ini dimulai pada hari Sabtu lalu, Pameran secara resmi dibuka pada Minggu siangnya dan acara tersebut berakhir pada Selasa lalu.

Baca Selengkapnya.....

takut bid'ah?...........................

di 05.21

سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى ,,,,,,,,,,,,,,,, ألآيه
Maha Suci Dzat yg telah menjalankan Hambanya dari masjidil Harom ke Msjidl Aqsho..........................
Perdebatan tentang Isro’ Mi,roj sudah di mulai sejak ketika pada siang harinya Rosulullah SAW menyampaikannya. Hal itu di sebabkan karena kisah itu sangat sulit di terima oleh Akal dan Nalar Manusia.


Sebagai seorang Muslim, mengimani Isro, adalah hal yg wajib karena kejelasan Alquran dalam penyebutannya. Namun demikian, perbedaan penalaran dalam hal Kayfiyyah Isro, itu masih belum menemukan titik temu. Bermacam pendekatan dalam penalarannya membuahkan berbagai perdebatan yg berkepanjangan. Timbullah pertanyaan2 Apakah Rosulullah SAW melakukan Isro, dg Sukma dan Raga sekaligus? Atau hanya menggunakan Sukma saja? Ataukah hanya sebuah mimpi?. Sampailah pada sebuah persepsi yg terahir kalinya dg mengatakan bhw ketika Isro, Tubuh Rosulullah SAW di ubah menjadi cahaya. (lihat buku Terpesona di Sidrotul Muntaha oleh Agus Mushthofa). Padahal, tak satupun keterangan dari Rosulullah SAW yg menyatakan hal itu, baik itu tersurat maupun tersirat, Shohih maupun Dlo,if. Bahkan hadist munkar sekalipun.
Allah SWT tidak menegaskan secara detail bagaimana Isro’ itu terjadi. Hanya saja pada awwal ayat di atas tersirat bhw Allah mengIsro,kan Rosulullah adalah dg jiwa , Raga dn Ruhnya sekaligus. Yaitu yg terdapat dalam kalimat "bi ‘abdihi", yg mana kalimat tersebut menunjukkan utuhnya sabagaimana seorang Hamba di sebut.
والعبد عبارة عن مجموع الروح والجسد
Imam Fakhruddin Al Rozy juga menyatakan dalam kitabnya Al Tafsiru Al Kbir, bhwa penggunaan kalimat ‘Abdihi dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Rosulullah SAW Isro’ dg Raga dan Sukmanya sekaligus. Selanjutnya Al Rozy menyatakan Kalimat ‘Abdihi adalah ungkapan lain dari Manusia yg tidak lain adalah Muhammad SAW.
Adanya dua kalimat yg sama2 menunjukkan arti Malam pada ayat tersebut (LAILAN dan ASRO) mengesankan keluarbiasaan perjalanan Isro’ itu sendiri. Asro artinya menjakankan di malam hari, sedangkan Lailan juga berarti malam hari. Dan Lailan dg bentuk nakiroh yg dalam konteks bahasa Arab menunjukkan arti sedikit/sebentar. Kemudian Asro dg bentuk Fi,il madli, yg mana ini mengesankan arti bahwa perjalanan itu adalah murni di jalankan Oleh Allah sendiri. Dalam maksud tanpa ada ikut campurnya sebuah proses sebagaimana kebiasaan atau Sunnatullah yg berlaku. Wal hasil, Isro’ adalah perjalanan luar biasa Rosulullah SAW yg tidak bisa di nalar oleh otak siapapun maupun teknologi apapun, dg kata lain semua itu dalah MU’JIZAT.
Yg lebih istemewa dari itu adalah awwal Ayat yg sekaligus menjadi awwal Surat, yg di awwali dg kalimat ‘SUBHANA’. Kalimat ini terkenal dalam dialog Arab di gunakan atau menunjukkan hal2 yg luar biasa. Dan kalimat tersebut mempunyai dasar arti yg di tafsirkan para ulama tafsir
يمجد تعالى نفسه، ويعظم شأنه، لقدرته على ما لا يقدر عليه أحد سواه
Allah menyanjung DiriNya (bukan jasad) sendiri serta mengagungkan urusanNya terhadap keMaha KuasaNya atas apa yg tidak bisa di lakukan melainkan Dia Sendiri. Pendekatan sebuah peristiwa luar biasa dg sains teknologi memang terkadang membuat keasyikan tersendiri, tapi jiika ada kesan premise yg di paksakan dg meninggalkan Dalil2 dn Nash, tentu itu sangatlah membahayakan dasar ‘Aqidah bahwa Kekuasaan Allah tidak terbatas oleh dinding teori sains dan teknologi manapun. Allah melakukan apa saja yg di kehendakiNya, tidak ada teori ataupun kekuatan yg menghalangi.
Sengaja tulisan ini kami susun agar dasar Ilmu tauhid kita pada ahirny bemuara pada YUKMINUUNA BIL GHOIBI. Dan untuk selanjutnya semoga tidak ada lagi salah persepsi mengenahi ke absahan Teologi yg akan kita pelajari bersama. Yaitu kita memilih konsep yg lebih SALAF dr yg di katakan SALAF. Tanpa harus merebutkan dan menyebutkan kesalafan kita, kita sudah bermanhaj SALAF, dan itu tidak diragukan lagi dg alasan yg ilmiyyah!!! Dan otomatis Ahlussunnah wa al jama’ah pun tersemat di dada kita.
NB : ada kesalahan penulisan ayat di KTB 1 Mohon di maafkan dan di informasikan. trms

Baca Selengkapnya.....

Mau Beli Kitab Baru? Hati-Hati dengan Distorsi Wahabi

di 05.18

Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu.


Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.

Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu Ibn Baththah al-’Ukbari, penulis kitab al-Ibanah, sebuah kitab hadits yang menjadi salah satu rujukan utama akidah Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi salinan kitab Mu’jam al-Baghawi, dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga terkesan bahwa Ibn Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh Ibn Asakir juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu al-Qasim al-Samarqandi, sebagian salinan Mu’jam al-Baghawi yang digosok oleh Ibn Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.

Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama aliran Wahabi, seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya. Misalnya ia pernah menyatakan dalam kitabnya al-Furqan Bayna al-Haqq wa al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab al-Asy’ari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyyah, karya Ibn al-Qayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam al-Ladzdzat.

Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi.

* Di antaranya adalah kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr.
* Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
* Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
* Hasyiyah al-Shawi 'ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
* Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
* Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.

Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah peninggalan para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi pelajaran bagi kita agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli kitab-kitab terbitan baru. Wallahu a’lam.

Baca Selengkapnya.....

bahtsul masa'il

Rabu, 04 November 2009 di 01.26


(1) kencing bayi laki-laki pada umumnya lebih encer daripada kencing bayi perempuan; (2) bayi laki-laki biasanya lebih banyak ingin digendong daripada anak kecil perempuan; (3) asal kejadian lelaki (Nabi Adam) dari air dan tanah basah sementara orang perempuan dijadikan dari daging dan darah (Ibu Hawa dijadikan dari tulang rusuk Nabi Adam yang mengandung daging dan darah); (4) usia balig anak lelaki dengan air suci, yaitu air sperma, sementara usia balig seorang perempuan dengan air sperma yang suci dan juga dengan air najis yaitu darah haid. Maka dengan beberapa faktor tersebut, syariat lebih meringankan najis yang berasal dari air kencing bayi lelaki.
Lihat: al-Bâjûri: I/103, as-Syarqâwi: I/129


Najis Mukhaffafah, Diskriminasi Gender?
Kenapa air kencing bayi laki dan perempuan dibedakan: kalau kencing bayi laki bisa jadi najis mukhaffafah sedangkan kencing bayi perempuan tidak bisa jadi najis mukhaffafah? Apakah hal itu bukan bentuk diskriminasi terhadap kaum wanita?

Jawab :

Tak ada diskriminasi gender dalam syariat, yang ada adalah pembedaan aturan dan bagian karena tuntutan maslahat. Ada beberapa hikmah di balik pembedaan air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan sebagai yang saudara tanyakan, di antaranya:

Baca Selengkapnya.....

PTK BUAT KANCAH - KANCAH

Sabtu, 20 Juni 2009 di 09.31

PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
Oleh Dr. Wahidmurni, M.Pd., Ak.

Tidak terdapat suatu format baku bagi urutan suatu proposal penelitian, namun pada umumnya format usulan PTK berisi unsur-unsur sebagai berikut:

A. Merumuskan Judul
Judul hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK.
Beberapa contoh judul PTK adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Pendekatan Proses pada Siswa Kelas IV SDN Kauman I Kota Malang.
2. Improving Speaking Skill of the Second Grade Students Of SMP Negeri 5 Tahuna by Using Role-Playing Technique.
3. Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan Menggunakan Media Komik pada Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 08 Dau.
4. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis dengan Strategi Modelling pada Siswa Kelas V SD Kristen Petra Malang.
5. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ibadah Haji dengan Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok Siswa Kelas VII B SMP Negeri Semboro.



B. Merumuskan Latar Belakang Masalah
Latar belakang hendaknya mengemukakan pentingnya penanganan masalah yang diajukan melalui penelitian ini. Untuk itu harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil-hasil penelitian terdahulu (jika ada), akan lebih mengokohkan urgensi serta signifikansi pemecahan masalah yang diajukan.

C. Merumuskan Rumusan Masalah
Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel atau konsep-konsep yang akan diteliti. Selain itu rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan untuk dikumpulkan atau dicari datanya. Sebagai contoh rumusan masalah adalah “bagaimana proses peningkatan kualitas pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?”.
Oleh karena tugas guru dalam melaksanakan program pembelajaran mencakup merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar, maka rumusan masalah umum di atas dapat dirinci menjadi rumusan masalah khusus sebagai berikut:
1. Bagaimana proses merencanakan pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?
2. Bagaimana proses melaksanakan pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?
3. Bagaimana proses menilai pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B MTs Negeri Gondang Legi 3 Malang?

D. Cara Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan hendaknya memiliki landasan konseptual yang kuat dan mantap yang bertolak dari pengamatan, rujukan teori atau bahkan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Pada bagian cara pemecahan masalah berarti peneliti mengajukan adanya tindakan yang akan diterapkan dalam PTK. Pertanyaan yang terkait dengan bagian ini adalah “akankah kita mengembangkan atau menerapkan pendekatan atau strategi baru (sebagai tindakan) untuk menjawab permasalahan pembelajaran ini?”. Tindakan yang diusulkan untuk diterapkan harus mendapat dukungan yang kuat dari teori atau hasil penelitian sebelumnya. Hal demikian penting sebagai pijakan untuk merumuskan hipotesis penelitian yang diusulkan.

E. Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian hendaknya dirumuskan secara jelas dan dirumuskan secara konsisten dengan apa yang dikemukakan dalam rumusan masalah. Perbedaan keduanya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan bentuk kalimat pertanyaan, sedangkan tujuan penelitian dirumuskan dengan menggunakan bentuk kalimat pernyataan. Contoh rumusan tujuan penelitian adalah “tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses peningkatan kualitas pembelajaran Ibadah Haji melalui strategi pembelajaran model investigasi kelompok siswa kelas VII B SMP Negeri Semboro”; contoh lain “tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengefektifan pembelajaran statistika pendidikan dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok di kelas semester III mahasiswa jurusan PAI fakultas Tarbiyah UIN Malang”.

F. Merumuskan Manfaat Penelitian
Dalam bagian ini perlu dipaparkan secara spesifik manfaat-manfaat yang akan didapatkan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan, khususnya bagi siswa yang merupakan obyek dan subyek langsung kegiatan penelitian; bagi siswa, bagi guru sebagai peneliti, bagi sejawat lainnya, bagi sekolah/madrasah, dan bagi perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan calon guru.

G. Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan
Pada bagian ini dikemukakan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologi yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplemtasikan. Untuk keperluan ini, perlu dikemukakan suatu kajian tentang teori-teori yang mendukung upaya tindakan yang dilakukan, pengalaman pribadi yang diduga menguatkan alasan pentingnya tindakan yang akan dilakukan, dan bahkan jika ada perlu dikemukakan temuan penelitian tindakan sejenis atau yang mirip dengan itu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya (ini seringkali dapat ditemui dalam jurnal-jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, junal/majalah Gentengkali misalnya).
Pentingnya tindakan yang akan dilakukan sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan argumentasi logik dan teoritik yang diperlukan untuk menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka berpikir konseptual inilah, maka suatu hipotesis penelitian dapat dirumuskan.

H. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan pendekatan penelitian yang digunakan, serta mengemukakan alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam PTK adalah pendekatan penelitian kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1998) bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yakni: (1) menggunakan latar alamiah, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih mementingkan proses daripada hasil, (4) induktif dan (5) makna merupakan hal yang esensial.
Jenis penelitian sudah barang tentu PTK, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar (Rofi’udin, 1995). Dalam bagian ini juga harus diungkapkan sifat PTK yang dilakukan, yakni apakah PTK dilakukan secara mandiri oleh guru atau dilakukan secara kolaboratif-partisipatoris, yaitu kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan (guru). Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi dan lain-lain sebagaimana dikemukakan oleh Hord (dalam Rofi’udin, 1995) bahwa dalam kolaboratif, guru dan peneliti memiliki seperangkat tujuan dan perencanaan yang sama, demikian juga halnya dalam kegiatan pengumpulan, analisis dan refleksi.

I. Kehadiran Peneliti
Pada bagian ini dikemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian, sebagaimana ciri penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia (seperti: angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti adalah mutlak, lebih-lebih dalam PTK peneliti yang mandiri selain sebagai pelaku tindakan (berarti juga sebagai sumber data) juga bertugas sebagai pengamat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran; sedang untuk penelitian yang sifatnya kolaboratif dengan guru (sebagai pelaku tindakan) tugas peneliti selain sebagai pengamat aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ia juga sebagai pewawancara yang akan mewawancarai subyek penelitian (guru dan siswa).



J. Lokasi Penelitian.
Pada bagian ini dikemukakan tentang dimana penelitian dilakukan? Mengapa memilih lokasi itu?, di kelas berapa?, bagaimana karakteristik kelas tersebut? misalnya komposisi siswa, tingkat kemampuan siswa dan sebagainya, Aspek substantif permasalahan juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, seperti: Ekonomi kelas III Madrasah Tsanawiyah atau Pendidikan Agama Islam kelas II SMA dan sebagainya.

K. Variabel yang Diselidiki
Pada bagaian ini peneliti menentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yakni:
1. Variabel input, yakni suatu variabel yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, lingkungan belajar dan sebagainya.
2. Variabel proses, yakni variabel yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar seperti: cara belajar siswa, implementasi strategi atau metode pembelajaran tertentu dan sebagainya.
3. Variabel output, yakni suatu variabel yang terkait dengan hasil yang diharapkan seperti: rasa ingin tahu siswa, motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang baru saja dilaksanakan, hasil belajar siswa dan sebagainya.

L. Rencana Tindakan
Pada bagian ini perlu dikemukakan hal-hal yang akan dilaksanakan terkait dengan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal-hal yang terkait dengan rencana tindakan antara lain:
1. Perencanaan Tindakan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan akan digelarnya PTK; untuk keperluan ini langkah-langkah yang akan dilakukan harus direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Dalam tahap ini juga perlu dilakukan antisipasi kemungkinan perubahan yang bersifat penyesuaian. Hal-hal yang perlu dilakukan seperti penetapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik untuk menspesifikasikan masalah, pembuatan skenario pembelajaran, penyiapan atau pengadaan alat-alat dan sebagainya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya implementasi program dapat berjalan sesuai dengan yang diagendakan.
2. Implementasi Tindakan, yaitu jabaran tindakan yang akan digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Terkait dengan ini, Suyanto (2002:19) menyatakan bahwa,
“pelaksanaan tindakan pada dasarnya dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan. Orang lain, misalnya guru lain yang ikut serta bahkan sebagai ketua tim dapat juga melakukan tindakan, tetapi bukan sebagai pelaku utama. Oleh karena itu, sifat hakiki dari PTK adalah kolaboratif dan nondisruptive. Artinya peneliti non guru dan guru yang menjalani fungsi ganda sebagai pengajar dan peneliti harus dapat bekerja sama sebaik-baiknya dalam rangka mencapai tujuan penelitian tanpa mengorbankan tujuan kegiatan pembelajaran”.
Pada tahap ini, rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru atau guru dan peneliti jika dilakukan secara kolaborasi dipergunakan sebagai dasar dalam menyelenggarakan pembelajaran. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran, sekaligus mengamati kejadian selama proses belajar berlangsung (jika penelitian dilaksanakan sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan secara itensif menjadi tanggungjawab peneliti.
3. Observasi dan Interpretasi, kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data, sebab observasi dipandang merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam PTK. Ketika pengamatan berlangsung peneliti mengumpulkan data proses pembelajaran yang meliputi: aktivitas guru, aktivitas siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya, atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran sedang berlangsung, dan pada umumnya datanya tentang proses perubahan kinerja pembelajaran (bersifat kualitatif), walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran (bersifat kuantitatif) juga diperlukan. Data yang berhasil dikumpulkan sesegera mungkin dilakukan interpretasi; sebab interpretasi yang ditunda-tunda seringkali menghasilkan informasi yang kurang baik.
4. Analisis dan Refleksi, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Jika kegiatan penelitian dilakukan secara kolaborasi, maka guru dan peneliti akan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Hal-hal yang perlu didiskusikan mencakup: (1) kesesuaian antara pelaksanaaan dengan rencana pembelajaran yang dibuat, (2) kekurangan yang ada selama proses pembelajaran, (3) kemajuan yang telah dicapai siswa, dan (4) rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
Wahab (2007:-) mengemukakan bahwa pada tahap ini kegiatannya dapat berupa: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengkaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Dengan demikian, refleksi yang tajam dan terpercaya akan dapat memperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Ketajaman refleksi sangat ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen penelitian yang digunakan.

M. Pengumpulan Data
Perlu diingat bahwa dalam PTK, guru merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data (jika penelitian dilakukan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan secara itensif merupakan tugas peneliti). Di samping sebagai pelaku PTK, ia juga harus aktif sebagai pengumpul data, jadi bukan semata-mata hanya sebagai sumber data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data harus diuraikan dengan jelas; seperti pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas belajar siswa di kelas, pengambaran interaksi pembelajaran di kelas, pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assesmen dan sebagainya.

N. Indikator Kinerja
Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit, sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Adapun indikator keberhasilan yang berkaitan erat dengan evaluasi hasil belajar siswa (seberapa besar siswa telah menguasai suatu kompetensi), maka dapat digunakan besarnya sekor kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru atau sekolah/madrasah sebagai kriteria keberhasilan kuantitatif dari pelaksanaan PTK. Misalnya ditetapkan besar sekor KKM adalah 75 (atau tingkat penguasaan kompetensi siswa sebesar 75 %), maka siswa yang mencapai sekor minimal 75 dinyatakan telah berhasil secara individual dalam mengikuti program pembelajaran, demikian sebaliknya siswa yang mencapai sekor di bawah 75 dinyatakan belum tuntas mengikuti program pembelajaran, yang selanjutnya dapat diberlakukan program remidi bagi siswa yang bersangkutan.



SELAMAT BERLATIH
HAL TERPENTING ADALAH MEMBUAT DAN MELAKUKAN
MASALAH HASIL URUSAN BELAKANGAN

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Paparan Data
Dalam penelitian kualitatif, bagian tentang hasil penelitian ditulis tentang paparan data dan temuan penelitian. Dengan demikan dalam bagian ini diuraikan tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur sebagaiamana diuraikan dalam bagian metode penelitian. Uraian ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Paparan data diperoleh dari hasil pengamatan (apa yang terjadi) dan atau hasil wawancara (apa yang dikatakan) serta deskripsi informasi lainnya (misalnya yang berasal dari dokumen, foto, rekaman video dan hasil pengukuran).
Paparan data dalam PTK dapat mengemukakan paparan dari tahap-tahap siklus PTK, yang mencakup (1) tahap perencanaan tindakan, yakni mengemukakan kesesuaian atau ketidaksesuaian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) tahap pelaksanaan tindakan yang waktunya bertepatan dengan pelaksanaan pengamatan/observasi, yakni mengungkap beberapa kejadian atau peristiwa pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan (3) tahap refleksi, yakni mengungkap hasil tinjauan atas pelaksanaan proses pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan.
Dengan demikian secara logis alur pikir paparan data dalam PTK adalah sebagai berikut:
a. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus I, berisi:
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Refleksi Pelaksanaan Tindakan
b. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus II, berisi:
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Refleksi Pelaksanaan Tindakan
c. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus III dan seterusnya.

Secara terperinci hal-hal yang perlu diungkapkan dalam paparan data dari setiap tahapan setiap siklus adalah sebagai berikut,
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahapan ini dapat dikemukakkan (1) proses penyusunan RPP berikut acuan yang digunakan; (2) proses pengembangan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, seperti: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil berlajar berikut tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) proses pengembangan strategi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran; (4) proses pengembangan sumber, media dan alat pembelajaran yang digunakan; (5) proses pengembangan instrumen penilaian sampai berbentuk rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan pembelajaran; dan (6) dan sebagainya.
Contoh paparan data dari tahap ini misalnya,
Penggunaan strategi pemetaan pikiran dalam perencanaan pembelajaran menulis puisi disusun dan diwujudkan dalam bentuk RPP. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas V ...
...
Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan pada kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, enjambemen, diksi dan imajinasi. Penilaian pembelajaran pada tahap penyajian diarahkan pada kemampuan siswa membaca puisi. Aspek yang dinilai adalah lafal, intonasi dan ekspresi (Sukma, 2006:94).

Lebih baik lagi jika pada bagian ini tidak berhenti pada kalimat aspek yang dinilai adalah lafal, intonasi dan ekspresi, tetapi bagaimana proses pengembangan rubrik penilaian yang digunakan untuik mengukur keberhasilan juga dikemukakan pada bagian ini.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini paparkan tentang proses terjadinya pembelajaran, kemukakan kejadian-kejadian penting yang menggambarkan suasana pembelajaran, interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan guru dan sebagainya. Dalam bagian ini data yang dilaporkan dapat berasal dari (1) data hasil pengamatan, (2) data dari hasil wawancara (wawancara dilakukan segera setelah sesi pembelajaran selesai dilaksanakan), (3) data hasil pengungkapan dokumen, (4) data hasil pengolahan tes, dan (5) data dari hasil teknik pengumpulan data apapun yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah PTK.
Berikut adalah beberapa contoh data yang dapat dipaparkan dalam bagian ini.
Contoh yang menggambarkan proses seperti ini adalah,
Hasil rekapan wawancara adalah sebagai berikut, terhadap pertanyaan “bagaimanakah tanggapan Saudara terhadap penerapan strategi pembelajaran kemarin?”. Seorang mahasiswa yang temasuk kelompok yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa I) mengatakan,
Saya berpikir bahwa Bapak lebih mengedepankan pahamnya mahasiswa dibandingkan dengan kewajibannya sebagai dosen, soalnya kalau saya teliti banyak dosen yang lebih mengedepankan kewajibannya (mengajar materi) daripada pahamnya mahasiswa. Kelebihan metode ini terletak adanya banyak kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa yang telah paham untuk menjelaskan anggota kelompok yang belum paham. ...

Dua orang mahasiswa yang termasuk kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa IIA dan mahasiswa IIB) mengatakan,
Mahasiswa IIA mengungkapkan,
Saya suka dengan strategi belajar kemarin, karena dengan adanya strategi tersebut kita bisa langsung terjun ke lapangan dan kita langsung dapat mengolah data. Dengan adanya tugas tersebut kita bisa memperoleh penjelasan dari teman kelompok, kalau kita merasa belum begitu paham. Dan kita juga bisa mempunyai rasa tanggung jawab terhadap teman kelompok jika mereka merasa kurang paham.

Mahasiswa IIB, seorang mahasiswa yang berasal dari Thailand, mengungkapkan bahwa,
Menurut saya, strategi pengajaran integrasi kelompok sangat ada pengaruh terhadap sistem belajar kelompok, hal ini membuat kekompakan di antara anggota kelompok dan sangat membantu di segi pemahaman dalam belajar bagi anggota-anggota kelompok.

Sedangkan mahasiswa yang temasuk kelompok yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata (lebih lanjut disingkat dengan istilah mahasiswa III) mengatakan,
Sistem kelompok sangat membantu dalam mecapai tujuan terutama bagi mahasiswa yang belum paham betul terkait dengan materi yang disampaikan oleh dosen; akan menjadi lebih paham manakala terjadi interaksi yang lebih luas dengan anggota kelompok yang sudah paham. Karena menurut saya mata kuliah statistik adalah sulit karena saya sendiri belum pernah mengenal mata kuliah statistik dan saya sendiri merasa lemah bila dihadapkan pada hitung-hitungan.

Dengan demikian tanggapan para informan adalah positif terhadap pelaksanaan pembelajaran model investigasi kelompok, karena keempat mahasiswa menyatakan senang terhadap strategi pembelajaran yang mereka alami (Wahidmurni, 2005).

Contoh Paraparan Data Hasil Pengamatan
Paparan data hasil pengamatan yang dilaporkan adalah data tentang apa yang ditangkap oleh peneliti, bukan interpretasi peneliti dari apa yang mereka amati. Beberapa contoh hasil pengamatan adalah sebagai berikut,

Ketika sesi presentasi dimulai banyak mahasiswa enggan memulai, sebagian besar mahasiswa masih banyak yang menoleh ke kanan ke kiri, untuk melihat kelompok mana yang akan memulai pertama kali. Sampai akhirnya kelompok yang diketuai Andik (mahasiswa yang tampak menonjol kecerdasannya) memulai presetasi, dia memulainya dengan lancar menjelaskan proses pembuatan tabel dan gambar yang dibuat, selanjutnya para anggotanya mulai gugup menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas; bicaranya agak pelan dan kertas yang dipegang tampak bergerak-gerak karena tangan yang memegangnya gemetaran ... (Wahidmurni, 2005).

Contoh lain,

Kejadian menarik adalah ketika waktu yang diberikan habis, subyek I berkata pada kelompoknya “wis a … kon wis ngerti a …? (sudah … kalian sudah mengerti semua?. Ungkapan ini memperlihatkan tanggung jawab siswa (pandai) kepada kelompoknya telah tumbuh. Hal ini kemungkinan tidak dapat tumbuh dalam pembelajaran yang menerapkan belajar klasikal, atau bahkan belajar dalam kelompok seperti biasa (Noornia, 1997:177).

Perhatikan contoh-contoh di atas, kita akan menemukan ada contoh yang di dalamnya memuat interpretasi peneliti dalam kutipan, misalnya kalimat “Ungkapan ini memperlihatkan tanggung jawab siswa (pandai) kepada kelompoknya telah tumbuh. Hal ini kemungkinan tidak dapat tumbuh dalam pembelajaran yang menerapkan belajar klasikal, atau bahkan belajar dalam kelompok seperti biasa”. Kalimat seperti ini seharusnya tidak masuk dalam kutipan, melainkan interpretasi peneliti dalam kegiatan refleksi atau merupakan temuan penelitian yang dibahas pada bagian berikutnya.
Contoh lain tentang paparan data dari pengamatan,
Pengaturan tempat duduk yang terpisah juga terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas. Berikut ini petikan catatan lapangan yang menggambarkan suasana tersebut (kalimat ini adalah kalimat pengantar penulis, untuk memaparkan apa yang ia lihat).
Semua mahasiswa sudah duduk di tempatnya ketika dosen datang untuk memulai pembelajaran. Mahasiswa perempuan yang semuanya berjilbab duduk di kursi bagian barat, sementara para mahasiswa laki-laki duduk di kursi bagian timur. Ada dua belas mahasiswa perempuan dan sepuluh mahasiswa laki-laki yang mengikuti kuliah siang itu.

Contoh Paparan Data Hasil Pengukuran
Paparan data hasil pengukuran mengungkap informasi yang dihasilkan dari pengukuran data kuantitatif (yang seringkali dari hasil pengolahan Statistik Deskriptif). Dengan demikian dalam bagian ini tidak dilaporkan tentang bagaimana proses pengukurannya, melainkan informasi akhirnya saja. Informasi yang dilaporkan dapat berupa tabel-tabel, gambar atau diagram.





Sebagai contoh,
Hasil pengukuran tes secara individual disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Distribusi Skor Tes Individual Mata Kuliah Statistika Pendidikan
No. Interval Skor Frekuensi Status*
1. 95 – 100 1 Lulus
2. 90 – 94 4 Lulus
3. 85 – 89 4 Lulus
4. 80 - 84 8 Lulus
5. 75 – 79 7 Lulus
6. 70 - 74 2 Lulus
7. 65 – 69 1 Lulus
8. 60 – 64 3 Lulus
9. 55 – 59 0 Lulus
10. 50 – 54 4 Tidak Lulus
11 00 – 49 1 Tidak Lulus
35
* Standar Kelulusan Diambilkan dari Kriteria Penilaian dalam Buku Pedoman PendidikanUIN Malang Tahun Akademik 2005/2006 Halaman 43.
(Sumber: Wahidmurni, 2005)

Contoh Paparan Data dari Dokumen
Paparan data yang datanya diambil dari sebuah dokumen, cara penyajiannya seperti apa yang kita lakukan ketika kita menyajikan kutipan pendapat dari pakar atau ahli melalui berbagai sumber seperti buku, makalah atau artikel lainnya. Bukankah sumber-sumber tersebut juga berupa dokumen?. Berikut adalah contoh paparannya,
Dalam buku harian penghubung komunikasi guru dan orang tua atau wali siswa terdapat beberapa informasi yang sangat berguna bagi peningkatan kualitas belajar siswa, berikut adalah gambaran informasi yang terekam dalam buku penghubung salah seorang siswa Sekolah Dasar bernama Aden Yusuf,
Catatan guru: Aden di kelas hari ini melamun saja ketika proses pembelajaran berlangsung, sebentar-sebentar matanya menerawang ke atas. Hal ini sangat berlawanan dengan keadaan biasanya, yang selalu ceria dan aktif mengikuti proses pembelajaran. Sebenarnya ada apa ya dengan Aden?
Komentar orang tua: ya, memang pada hari kemarin tanggal 9 Januari 2008, Aden sedang ada masalah, ada keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak kami kabulkan, karena kami rasa untuk anak SD kelas V, masih terlalu kecil untuk naik sepeda motor bila berangkat ke sekolah. Untuk itu kami mohon pada Bapak/Ibu guru dapat membantu kami untuk menjelaskan kepada Aden. Terima kasih (Sumber: Dokumen Buku Harian Siswa).


Contoh lain,
Dari buku presensi guru Matematika diketahui bahwa banyak siswa yang bolos sekolah, hal ini tergambar dari analisis presensi kehadiran siswa sebagai berikut,
Dari 40 orang siswa, mulai tanggal 12 Januari 2008 siswa yang hadir sebanyak 30 orang, tanggal 19 Januari 2008 siswa yang hadir 32 siswa, dan tanggal 26 Januari 2008 siswa yang hadir juga masih 32 orang (Sumber: Dokumen Presensi Guru Matematika).


c. Tahap Refleksi Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini dikemukakan hal-hal yang terkait dengan tinjauan atas: (1) tahap-tahap RPP yang telah dijalankan, dan (2) pelaksanaan program pembelajaran, baik selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Dalam tahap refleksi ini akan dapat disusun perbaikan atau modifikasi dari RPP untuk tahap pembelajaran berikutnya, atau tidak ada perbaikan atau modifikasi untuk tahap (siklus) berikutnya. Jika penelitian dilaksanakan secara kolaborasi, maka pada kegiatan refleksi inipun harus dilakukan secara kolaborasi juga.
Beberapa hal yang dapat dikemukakan pada bagian refleksi adalah sebagai berikut,
1) Refleksi terhadap RPP
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada bagian ini adalah (1) apakah guru tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan RPP, ataukan upaya perbaikan atau modifikasi RPP perlu dilakukan untuk pelaksanaan program pembelajaran berikutnya; (2) apakah jumlah jam pembelajaran telah memadai untuk setiap kegiatan pembelajaran (kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup)?; (3) dan sebagainya
2) Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada bagian ini adalah (1) apakah siswa memahami instruksi guru ketika menjalankan strategi pembelajaran?; (2) apakah para siswa telah melaksanakan kegiatan siswa sesuai dengan strategi yang dikembangkan?; (3) apakah selama proses pembelajaran, guru dan siswa dapat berinteraksi secara wajar, tanpa mengalami kesulitan yang berarti?; (4) apakah indikator-indikator keberhasilan tindakan sering muncul selama proses tindakan dijalankan?; (5) apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan?, (6) bagaimana persepsi kita (siswa, guru dan pengamat) terhadap tindakan yang telah kita lakukan?; (7) apakah terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dari hasil tindakan?; (8) dan sebagainya yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.
Hasil dari refleksi ini adalah suatu keputusan tentang perlu tidaknya modifikasi perencanaan dari tindakan yang kita kembangkan atau tindakan yang kita kembangkan telah berhail kita lakukan, sehingga sesi PTK dapat dianggap sudh selesai.




2. Temuan Penelitian
Pertanyaan yang muncul ada bagian ini? Apakah temuan penelitian berasal dari kegiatan refleksi? Jika ya, maka bagian temuan dalam penelitian pada umumnya adalah sama dengan bagian dalam refleksi dalam PTK.
Hasil analisis data yang merupakan temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Di samping itu, temuan dapat berupa penyajian katagori, sistem klasifikasi, dan tipologi. Dalam PTK pada bagian ini dikemukakan temuan-temuan yang muncul dari tahap-tahap (siklus) PTK itu sendiri, yakni mencakup temuan: (1) pada tahap perencanaan (RPP), dan (2) tahap pelaksanaan tindakan.
Temuan pada tahap RPP, dapat dikemukakan (1) cukup tidaknya jumlah jam pelajaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan sebagaimana tertuang dalam silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya, (2) perlu tidaknya modifikasi strategi yang telah dijalankan dalam program pembelajaran, (3) perlu tidaknya indikator-indikator hasil belajar yang dikembangkan direvisi, (4) perlu tidaknya penambahan penggunaan sumber/bahan/alat pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya, (5) perlu tidaknya instrumen penilaian yang telah dikembangkan sebelumnya dimodifikasi, dan (6) dan sebagainya.
Temuan pada tahap pelaksanaan tindakan dapat mengemukakan, (1) kecenderungan siswa dalam memahami instruksi guru ketika menjalankan strategi pembelajaran; (2) kecenderungan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan strategi yang dikembangkan; (3) pola interaksi guru dan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar selama proses pembelajaran berlangsung; (4) kecenderungan munculnya indikator-indikator keberhasilan maupun indikator ketidakberhasilan tindakan sering muncul selama proses tindakan dijalankan; (5) dan sebagainya.
Temuan pada tahap refleksi pelaksanaan tindakan dapat dikemukakan simpulan-simpulan peristiwa yang menunjukkan indikator-indikator keberhasilan atau indikator-indikator ketidakberhasilan tindakan, yang selanjutnya digunakan untuk upaya-upaya perbaikan siklus berikutnya; atau jika sesi penelitian sudah selesai dilaksanakan maka dapat dibuatkan rekomendasi untuk pembelajaran sejenis di masa yang akan datang.
Oleh karena dalam kegiatan refleksi dilakukan dengan cara meninjau kegiatan yang terjadi selama proses perencanaan dan pelaksanaan tindakan; kegiatannya mencakup menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh, sehingga dapat dirumuskan pernyataan-pernyataan kesimpulan PTK yang merupakan temuan penelitian.

B. Pembahasan
Pembahasan biasanya disajikan pada Bab IV atau Bab V dalam suatu laporan penelitian tergantung dari permintaan sponsor atau ketentuan lembaga pendidikan tempat kita melaporkan penelitian.
Pada bagian ini kejelian dan ketajaman daya pikir peneliti untuk membahas temuan penelitian sangat penting, sebab pada bagian pembahasan peneliti harus menginterpretasi bagaimana kedudukan temuan penelitiannya terhadap temuan atau teori sebelumnya. Jika memungkinkan perlu diungkapkan juga implikasi dari temuan penelitian ini.
Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dilakukan dengan jalan menjelaskan temuan-temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu yang lebih luas. Hal ini dilakukan dengan membandingkan temuan-temuan penelitian yang diperoleh dengan teori dan temuan empiris lain yang relevan. Sebab, membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan temuan penelitian lain yang relevan akan mampu memberikan taraf kredibilitas yang lebih tinggi terhadap hasil penelitian.



JUDUL PTK
Peningkatan Kualitas Belajar Statistika Pendidikan melalui Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok pada Mahasiswa Semerter III A Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
atau
Penerapan Strategi Pembelajaran Model Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Statistika Pendidikan pada Mahasiswa Semerter III A Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.



RUMUSAN MASALAH
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah umum penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.”.
Adapun rumusan masalah khususnya adalah:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.
3. Bagaimanakah proses dan hasil penilaian pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang?”.

TUJUAN PENELITIAN
Berdasar rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Adapun tujuan penelitian khususnya adalah mendeskripsikan:
1. Proses perencanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
3. Proses dan hasil penilaian pembelajaran dengan strategi pembelajaran model investigasi kelompok untuk meningkatkan kualitas belajar statistika pendidikan pada mahasiswa semester III A Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi dosen atau peneliti.
Dengan dilaksanakan PTK maka dosen sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu dosen dapat menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran selain penguasaaan metode, strategi dan media juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa yang sedang belajar.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan dilaksanakanya PTK akan sangat membantu mahasiswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari dosen akan memungkinkan mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar serta mampu untuk berfikir yang lebih kreatif; sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
3. Bagi Jurusan
Bagi jurusan hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu.
4. Bagi Fakultas/Universitas
Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan (1) pendidikan dan pembelajaran, (2) penelitian dan (3) pengabdian kepada masyarakat; lebih-lebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran.

HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika strategi pembelajaran model investigasi kelompok diterapkan dalam pembelajaran Statistika Pendidikan, maka kualitas hasil belajar mahasiswa jurusan PAI semester III kelas A fakultas Tarbiyah UIN Malang dapat ditingkatkan.

Baca Selengkapnya.....